Orang China, Jepang, dan Korea Tetap Sehat walau Sering Makan Mi Instan, dr Zaidul Akbar Ungkap Rahasianya, Ternyata...
- Instagram/zaidulakbar dan Pexels/cottonbro studio
tvOnenews.com - China, Jepang, dan Korea dikenal sebagai salah tiga negara yang memiliki ragam makanan khas dari olahan mi. Olahan mi tersebut tak cuma disajikan berkuah, tapi juga dengan bumbu maupun saus khas bercita rasa unik.
Bahkan, ketiga negara itu juga punya menu olahan mi yang mirip-mirip. Contohnya adalah mi dingin yang kerap disantap saat cuaca panas.
Di China, salah satu olahan mi dingin tersebut adalah liang mian, sedangkan di Jepang diberi nama hiyashi chuka, lalu di Korea disebut naengmyeon.
Ketiga negara tersebut memang dikenal memiliki olahan mi yang khas dan dikenal di berbagai belahan dunia. Tak heran, jika mereka menjadikan olahan mi sebagai salah satu santapan sehari-hari.
Tak cuma olahan mi dengan rasa yang khas, orang China, Jepang, dan Korea juga kerap menyantap mi instan. Bahkan, makanan tersebut sudah menjadi santapan sehari-sehari yang bisa disantap kapan pun.
Selain harganya yang terjangkau, mi instan juga mudah untuk dimasak, karena tidak memerlukan waktu yang lama.
Lantas, mengapa orang-orang di ketiga negara Asia Timur tersebut bisa tetap sehat, meski kerap mengonsumsi mi instan? Beriktu penjelasan dr Zaidul Akbar.
Menurut dokter sekaligus penceramah tersebut, masyarakat dari ketiga negara tersebut memang tidak lepas dari mengonsumsi makanan yang terbuat dari tepung.
“Orang Korea, China, Jepang itu konsumsi mereka tidak lepas dari tepung terutama mie instan,” kata dr Zaidul Akbar.
“Mie instannya tidak tanggung-tanggung, tapi mereka masih memiliki kualitas kesehatan yang baik," sambungnya.
Namun, mengonsumsi mi instan justru kerap dianggap sebagai kebiasaan yang kurang baik di Indonesia. Sebab, dipercaya akan memberikan dampak negatif pada kesehatan.
Persoalan mengonsumsi mi instan juga disebabkan oleh perbedaan gaya hidup di China, Jepang, dan Korea dengan Indonesia.
Menurut dr Zaidul Akbar, masyarakat di tiga negara Asia Timur tersebut punya budaya jalan kaki, di mana itu juga sudah menjadi gaya hidup sehari-hari masyrakatnya.
“Orang-orang di sana suka jalan kaki. Kalau Anda pernah pergi ke Hong Kong itu luar biasa. Saya pernah menghitung ada hampir 14 ribu langkah kalau kita mau naik MRT,” jelas dr Zaidul Akbar.
Load more