tvOnenews.com - Bukan hanya orang tua saja, nyeri lutut dan sendi juga dapat dirasakan oleh siapa saja.
Selain karena cedera, nyeri lutut dapat dirasakan karena Osteoarthritis, Asam Urat, Rheumatoid Arthritis, dan beberapa penyakit lainnya.
Selain itu, nyeri lutut juga kerap dirasakan bagi orang dengan kondisi obesitas karena menahan berat badan yang berlebih.
Namun pada umumnya, memasuki usia senja yang mulai merasakan nyeri sendi dan lutut. Salah satu cara mengatasinya dengan meminum obat.
Dokter sekaligus pendakwah ini menyampaikan nyeri sendi dan lutut dapat sembuh cukup dengan melakukan hal ini.
Seperti apa penjelasan dr Zaidul Akbar mengenai hal tersebut? Simak informasinya berikut ini.
Dilansir tvOnenews.com dari tayangan di kanal YouTube Jinggatv, bila Anda mengalami keluhan lutut sakit, sendi sakit, maka dianjurkan untuk langsung minum obat.
Untuk mengatasi nyeri lutut, nyeri sendi tanpa minum obat dengan cara mengadopsi diagram untuk menurunkan berat badan.
"Kalau berat badan sudah turun, maka yang pertama stress oksidasi pada sel menurun," ungkap dr Zaidul Akbar, dilansir dari YouTube Jinggatv.
dr Zaidul Akbar. (Ist)
Ketika pikiran dalam kondisi stress, oksidasi sel menjadi menurun. Maka sel tersebut otomatis akan kembali riang karena tidak banyak beban.
Kedua, ketika body fat seseorang akan turun, dan ketiga ketika sel tersebut akan lebih dominan menjalankan proses apoptosis adalah kematian sel secara terprogram.
Keempat, insulin dan growth hormon akan di restart oleh tubuh, dan kelima insulin sensitivitas akan meningkat sehingga metabolisme gula akan naik.
Keenam, anabolik akan meningkat dan tubuh akan mengurangi hormon-hormon yang meradang.
Kemudian selanjutnya adalah proses autofagi yakni proses detoks ketika tubuh membersihkan sel yang rusak, dan meregenerasi dengan sel yang baru dan lebih sehat.
"Kemudian jangan bebani badan dengan makanan minuman yang tinggi gula," ujarnya.
Hal tersebut karena itu merupakan kebalikan dari proses-proses tersebut jika gula itu masuk dalam tubuh.
Makanan-makanan yang tinggi gula, lemak, dan minyak dapat menghambat tubuh melaksanakan fungsinya dengan baik.
dr Zaidul Akbar juga menyampaikan bahwa bahasa breakfast itu merupakan fast yang di break, jadi maknanya setiap hari itu bisa dilakukan puasa. Kapan waktu puasanya yakni pada saat tidur.
Menurutnya, agar lebih lama mendapatkan proses tersebut, seperti memperbaiki hormon, meningkatkan autofagi, apoptosis ditingkatkan, sebaiknya menambah waktu puasa menjadi lebih lama.
Makanya Nabi SAW menyarankan untuk tidur setelah isya, sehingga waktu tidurnya menjadi lama.
Saat waktu tidurnya lama, maka waktu tubuh berpuasa pun semakin lama.
Jika minimal tidur 12 jam, maka tubuh sudah mulai membakar lemak, akan tetapi jangan kacaukan lagi dengan makan pagi dengan porsi yang besar bahkan berlebihan. (udn/kmr)
Load more