“Adanya pandemi COVID-19 membuat kita terbangun, karena beberapa jurnal, survei bahkan World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa pandemi ternyata meningkatkan angka kejadian gangguan jiwa, terutama gangguan cemas atau depresi pada remaja,” jelasnya.
Ia melanjutkan, dari hasil survei menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja memiliki masalah kesehatan mental.
“Survei Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyebutkan, ternyata 75 persen masyarakat Indonesia mengalami masalah psikologis dan terdapat gangguan psikis ataupun mental mulai dari anak, remaja, orang dewasa sampai orang tua," katanya.
"Artinya, kita sebagai orang tua yang punya masalah psikologis tentunya akan berdampak bagi anak yang kita asuh pada kesehariannya,” tambah dr Lahargo.
Ia menjelaskan berbagai penyebab, gejala hingga cara pulih dari masalah kejiwaan yakni dengan cara fokus pada apa yang dapat dikontrol.
Hal itu mencakup pikiran, sikap dan perilaku, self love dan manajemen stres. Tak kalah penting, ia juga menyarankan untuk menghindari overthinking.
“Jika kita mengalami stres, kita identifikasi lebih dulu gejalanya. Setelah itu kita validasi, kemudian tuliskan apa yang kita rasakan atau bercerita. Jaga pola hidup sehat dan mulailah melakukan manajemen stres,” pungkasnya.
Load more