“Namun, seiring berjalannya waktu, orang Jepang merasakan ketidaknyamanan menulis tata bahasa Jepang ke dalam aksara Kanji Tiongkok karena dasar yang kedua negara pakai berbeda.” jelas Yovinza.
Akhirnya tak berapa lama keluarlah keputusan bahwa mereka tetap menggunakan aksara Kanji Tiongkok tapi susunan tata bahasa yang digunakan bersumber dari penuturan bahasa Jepang.
Sayangnya, ternyata tidak semua orang bisa belajar dan menguasai aksara Kanji dari Tiongkok. Maka kaum wanita pada masa itu tidak diizinkan mempelajari aksara Kanji, sehingga muncul ide menciptakan aksara baru di kalangan wanita.
Nah, agar mudah dipahami berikut ringkasan perbedaan tiga aksara Jepang:
Aksara Kanji: Meski berawal dari Tiongkok, aksara Kanji Jepang telah memiliki perbedaan gaya coretan dan juga pelafalan.
Aksara Hiragana: Berawal dari Aksara Kanji lalu mengalami perubahan sehingga menjadi lebih sesuai dengan penulisan tata bahasa Jepang. Hiragana juga digunakan untuk menulis nama kata-kata asli Jepang, seperti saya (watashi =わたし), Jepang (Nihon= にほん), Takeshi (たけし), dll.
Aksara Katakana: Berawal dari Aksara Kanji lalu dikembangkan oleh rohaniawan Buddha dengan tujuan melafalkan kitab suci Buddha yang bertuliskan Kanji Tiongkok. Sekarang Katakana digunakan untuk menulis kata serapan, seperti pisang (banana = バナナ), laptop (pasokon = パソコン), Amir (Amiru = アミル), dll.
Mengenalkan cara membaca huruf Katakana ke siswa SMP LABSCHOOL 3 UNESA
Bersama Dr. Miftachul Amri, M.Pd., M.Ed., Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt, Dr. Urip Zaenal Fanani, M.Pd., dan Dr. Mintarsih, S.S., M. Pd., Yovinza melaksanakan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tentang pelatihan keterampilan menulis dan membaca huruf katakana difokuskan kepada siswa-siswi SMP LABSCHOOL 3 UNESA kelas 8B atau kelas2B yang mengalami kesulitan menulis dan membaca huruf katakana.
Load more