Seni melipat kertas Origami asal Jepang bukan hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Namun belum banyak orang yang tahu bahwa ada kisah haru di balik tradisi melipat kertas burung bangau itu.
Di Jepang, origami sudah menjadi suatu kepercayaan. Ketika seseorang ingin permohonannya terkabul, ia harus melipat seribu kertas menjadi berbentuk bangau (tsuru), lalu menggantungnya dengan seutas benang.
Rangkaian seribu bangau kertas itu kemudian digantung di rumah dengan harapan satu permohonan yang diucapkan akan terkabul.
Dr. Ina Ika Pratita, M.Hum dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya menjelaskan bahwa masyarakat Jepang percaya burung bangau merupakan satwa yang sangat setia pada pasangannya.
Karena itu pula rakyat Negeri Sakura juga menjadikan bangau sebagai lambang cinta dan kesetiaan. Tradisi melipat seribu bangau kertas ini pun kerap dihubungkan dengan kebahagiaan dan kemakmuran.
“Alasan lainnya mengapa origami berbentuk bangau, karena burung yang hobi makan ikan laut itu dianggap sebagai makhluk suci yang dapat hidup hingga ribuan tahun,” tutur Dr. Ina.
Maka dari itu para pembuat origami kerap memohon diberi umur panjang dan kesembuhan dari penyakit yang diderita.
Ada sebuah kisah terkenal di balik tradisi origami ini, yakni cerita seorang gadis Jepang bernama Sadako Sasaki yang meninggal dunia karena penyakit leukemia. Penyakit yang ia derita akibat dari pancaran radiasi ledakan bom Hiroshima saat Perang Dunia II.
Kala itu Sadako masih berusia dua tahun. Selama menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit itulah Sadako berusaha melipat seribu bangau kertas dengan harapan memperoleh kesembuhan.
Sayang, harapannya tidak terwujud. Sadako meninggal pada usia dua belas tahun. Untuk mengenangnya, dibuatlah patung Sadako dengan burung bangau emas di tangannya dan dipajang di Taman Monumen Perdamaian Hiroshima.
“Sebagai bentuk dedikasi kepadanya, rakyat Jepang pun menetapkan tanggal 6 Agustus sebagai Hari Perdamaian,” jelas Dr. Ina.
Dalam versi pertama dari cerita Sadako ini, ia tidak berhasil menyelesaikan seribu bangau kertasnya karena ajal keburu menjemputnya.
Hanya 644 bangau kertas saja yang mampu ia selesaikan, tetapi teman-temannyalah yang membantu menyelesaikannya hingga genap seribu.
Namun, versi yang lain mengatakan bahwa Sadako berhasil melipat seribu bangau kertas itu hingga genap seribu. Apa pun filosofi yang terkandung dalam cerita ini, selalu ada nilai kebaikan di dalamnya.
Tentang harapan, perjuangan, dan keteguhan hati untuk mencapainya. Setiap tempat tentu memiliki tradisi dan budanya masing-masing.
“Yang pasti, apa pun permohonan dan harapan setiap individu, Tuhan lebih tahu apa yang terbaik,” tukas Dr. Ina.
Load more