“Tapi kenyataan lain, kita bikin dulu bangun stoberi. Setelah berbuah, kebetulan banyak dari konsumen kafe kopi yang coba memetiknya. Kita datangin konsumen, banyak yang bilang stoberi cenderung manis,” ungkapnya.
Disinggung soal jenis stoberi yang ditanamnya, Wawang menjelaskan, miliknya merupakan varitas stroberi unggulan hasil persilangan dari varietas California Strawberry dengan varietas festival. Persilangan ini menghasilkan bibit unggul dengan jumlah stroberi yang sangat lebat dan berbuah tanpa mengenal musim.
“Rasanya dominan manis, karena memakai pupuk organik serta memanfaatkan limbah dapur,seperti air tajin beras. Tujuannya untuk menekan biaya,” terangnya.
Stoberi yang ditanamnya pun berkembang dari semula 300 polibag, kini sudah ratusan.
“Rata-rata ini satu juta rupiah seharinya. Kalau hari weekend 1 juta hingga 2 juta rupiah seharinya. Dari 300 pelanggan,” tambahnya.
Saat ini, kendati lokasi wisata ditutup, hal tersebut tidak berdampak pada usahanya. Malah semenjak pandemi, bisnisnya meningkat.
“Banyak pelanggannya jadi dipaketin, baik itu dikirim sebagian stroberi olahan mentah, sebagian lagi produk olahan,” ungkapnya.
Load more