Jakarta - Harga emas kembali merosot pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS menguat setelah data produksi domestik bruto kuartal ketiga negara itu lebih kuat dari perkiraan, menunjukkan ekonomi negara itu bernasib lebih baik di bawah rezim kenaikan suku bunga.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, turun tajam 20,80 dolar AS atau 1,25 persen menjadi ditutup pada 1.644,80 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan di kisaran tertinggi 1.670,90 dolar AS dan terendah di 1.640,70 dolar AS.
Untuk minggu ini emas turun 0,70 persen, setelah mencatat kenaikan 0,50 persen pekan sebelumnya.
Emas berjangka tergelincir 3,60 dolar AS atau 0,22 persen menjadi 1,665,60 dolar AS pada Kamis (27/10/2022), setelah terangkat 11,20 dolar AS atau 0,68 persen menjadi 1.669,20 dolar AS pada Rabu (26/10/2022), dan menguat 3,90 dolar AS atau 0,24 persen menjadi 1.658,00 dolar AS pada Selasa (25/10/2022).
Tanda-tanda ketahanan dalam ekonomi AS memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk terus menaikkan suku bunga yang tajam. Ini mendorong dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih tinggi, yang menekan harga logam mulia.
Data PDB AS yang lebih kuat dari perkiraan pada Kamis (27/10/2022) juga mendinginkan ekspektasi bahwa Fed akan melunakkan laju kenaikan suku bunga pada Desember, dengan para pedagang meningkatkan ekspektasi mereka untuk kenaikan 75 basis poin.
Load more