UGM dan Kementerian Transmigrasi Dorong SNI G2RT, Bongkar Potensi JTTS hingga Rumuskan Desain Baru Ekonomi Transmigrasi
- Kementrans
11 Kawasan, Banyak Potensi, Banyak Catatan
Studi UGM melibatkan survei mendalam di tiga kawasan transmigrasi dan analisis tematik di delapan kawasan lainnya, mulai dari Padang Ulak Tanding di Rejang Lebong hingga Karang Agung di Banyuasin. Temuannya mencakup:
• Potensi ekonomi lokal yang kuat, namun belum terhubung antarkawasan.
• Kelembagaan yang ada belum solid; sejumlah koperasi masih belum berfungsi optimal.
• Rantai pasok pendek sehingga nilai tambah hilang di tingkat tengkulak dan pedagang besar.
• Kerentanan lingkungan, terutama risiko banjir di wilayah Sumatra.
• Pelaku usaha kreatif, tetapi daya serap pasar masih rendah.
Prof. Sri Rum menegaskan bahwa isu konektivitas tidak hanya terkait infrastruktur fisik. “Yang harus dibangun adalah konektivitas ekonomi: bagaimana sebuah komoditas dapat keluar dari desa, tetapi nilai tambahnya tetap kembali ke desa,” ujarnya.
Suara Daerah: Antara Harapan dan Kekhawatiran
Dalam diskusi, sejumlah daerah menyampaikan kebutuhan yang lebih aplikatif. Perwakilan Kabupaten Musi Rawas menegaskan bahwa masyarakat berharap ada realisasi nyata setelah bertahun-tahun hanya menerima pendampingan dan survei. “Kami berharap ini tidak berhenti sebagai laporan. Warga ingin melihat kawasan transmigrasi menjadi pusat ekonomi baru, bukan hanya tempat tinggal,” ujar Amar Mopandi dari Dinas Transmigrasi Musi Rawas.
Daerah lainnya mengangkat isu kepastian lahan, akses pembiayaan, dan terbatasnya akses pasokan ke industri besar. Sebagian wilayah juga belum terhubung langsung dengan jalan tol sehingga manfaat ekonomi belum terasa.
Rekomendasi: Tiga Tahap Transformasi Kawasan Ikonik G2RT-KT di JTTS
Dalam laporan akhirnya, UGM mengajukan peta jalan transformasi lima tahun ke depan:
1. Penguatan Internal Kawasan
• Konsolidasi kelembagaan seperti BUMDes, koperasi, dan Koperasi Merah Putih.
• Pemetaan rantai pasok dan aktor ekonomi.
• Penguatan identitas produk unggulan berbasis G2R Tetrapreneur.
2. Integrasi Konektivitas dan Sinergi Wilayah
• Penataan ruang yang menghubungkan pusat produksi dengan akses tol melalui pendekatan Chainpreneur.
• Pengembangan pusat logistik kecil dan pasar desa di koridor JTTS.
• Sinkronisasi rencana pembangunan kabupaten, provinsi, dan kawasan koridor.
3. Optimalisasi Skala Ekonomi dan Kebijakan
• Pembentukan pasar non-kompetisi bagi UMKM dan usaha lokal.
• Penyusunan kebijakan afirmatif yang menjamin pasar produk kawasan transmigrasi melalui pasar kebijakan.
• Penetapan SNI G2R Tetrapreneur sebagai panduan nasional penguatan ekonomi. (rpi)
Load more