UGM dan Kementerian Transmigrasi Dorong SNI G2RT, Bongkar Potensi JTTS hingga Rumuskan Desain Baru Ekonomi Transmigrasi
- Kementrans
Model G2R Tetrapreneur sebagai Calon SNI
Perhatian peserta forum tertuju pada pemaparan Founder sekaligus konseptor G2R Tetrapreneur, Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D., yang juga dosen senior FEB UGM dan Wakil Ketua Komisi Teknis 03–13 Manajemen Ekonomi Kolaboratif. Ia menjelaskan penerapan Global Gotong Royong Tetrapreneur (G2RT), model pemberdayaan ekonomi lokal yang tengah diajukan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) melalui kerja sama Kementerian Transmigrasi RI dan Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Rika menekankan bahwa standarisasi G2R Tetrapreneur berupaya menerjemahkan nilai gotong royong menjadi mekanisme ekonomi yang nyata.
“…mayoritas penggiat ekonomi kita adalah UMKM. Sudah sewajarnya dan mewajarkan kebijakan serta ‘arena bermain’ ekonominya adalah yang ramah bagi UMKM. Menjadi kompetisi tidak berimbang ketika kebijakan dan lingkungan ekonominya berstandar industri sehingga meminggirkan secara sistem kegiatan ekonomi mayoritasnya. Karenanya tidak heran jika ketimpangan sosial dan kemiskinan masih stagnan dan belum secara signifikan meningkat menjadi lebih baik dari waktu ke waktu,” ujar Rika Fatimah.
Ia menjelaskan bahwa G2R Tetrapreneur bekerja melalui empat pilar kewirausahaan: Chainpreneur untuk optimalisasi hulu; Marketpreneur untuk penciptaan pasar non-kompetisi; Qualitypreneur untuk peningkatan kualitas dan daya saing; serta Brandpreneur untuk penguatan kebijakan dan gerakan nasional.
Menurutnya, akar persoalan ekonomi masyarakat kerap berada pada akses pasar. “Pasarnya yang tidak ramah bagi produk lokal. Mereka berhadapan langsung dengan industri besar. Di sinilah pentingnya pasar non-kompetisi sebagai ruang aman untuk tumbuh secara berkeadilan,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa model ini berlandaskan prinsip ekonomi Pancasila, termasuk nilai rezeki sebagai kekuatan spiritual yang menjadi bagian dari proses bisnis.
Rika juga menyoroti lemahnya konsolidasi lembaga ekonomi lokal. Menurutnya, koperasi, BUMDes, dan kelompok usaha harus menjadi pintu utama konsolidasi produk dan akses pasar. Ia menegaskan bahwa potensi sumber daya alam, manusia, dan budaya di desa perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya tanpa merusak ekosistem.
Ia menyampaikan bahwa G2R Tetrapreneur memastikan bahan baku berasal dari desa, sejalan dengan arah kebijakan pemerintah yang mendorong penguatan kelembagaan desa/kawasan menuju level global. Ekosistem wirausaha yang terbentuk diharapkan menciptakan pasar yang lebih berpihak.
Load more