Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi Digital, Danantara Jadi Kunci RI Perkuat Investasi Strategis Nasional
- Dok. Sekretariat Negara
Jakarta, tvOnenews.com - Indonesia saat ini sedang memasuki fase percepatan transformasi digital, sebagai bentuk prioritas pemerintah dalam mewujudkan ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Ekonomi digital nasional bahkan diproyeksikan melonjak hingga USD360 miliar pada tahun 2030, setelah mencetak USD90 miliar pada tahun 2024 lalu.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sempat menjelaskan bahwa sektor keuangan digital merupakan salah satu pendorong ekonomi digital.
Hal itu disampaikan Menko Airlangga dalam Opening Ceremony Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) dan Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2025, di Jakarta, akhir Oktober lalu.
Sebagai contoh, penerapan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dalam pembayaran, diharapkan mendorong masyarakat dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk terlibat dalam pertumbuhan ekonomi digital.
Hingga Semester I tahun 2025, Bank Indonesia mencatat ada sebanyak 57 juta pengguna QRIS di Indonesia dengan 39,3 juta di antaranya merupakan merchant yang didominasi pelaku UMKM sebesar 93,16 persen.
“Kita menyadari bahwa bersama peluang besar ini, muncul pula tantangan baru yaitu bagaimana memastikan keamanan sistem pembayaran, meningkatkan literasi digital masyarakat, dan membangun kepercayaan agar inovasi keuangan digital tumbuh secara berkelanjutan dan bertanggung jawab,” tutur Menko Airlangga, dikutip Jumat (5/12/2025).
Selain mendorong digitalisasi UMKM untuk lebih naik kelas, peningkatan investasi asing, dan penguatan perusahaan nasional, menjadi beberapa langkah strategis yang diambil guna menguatkan ekonomi digital. Terlebih, Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada tahun 2029.
Danantara Jadi Senjata RI untuk Tarik Investasi Strategis
Meski begitu, transformasi digital tidak bisa bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saja; sebab dibutuhkan model pendanaan yang fleksibel dan profesional.
Pemerintah telah punya Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara untuk mengelola aset strategis negara dan menarik co-investment global.
Kehadiran Danantara diharapkan menjadi sumber pendanaan mandiri untuk proyek strategis nasional tanpa ketergantungan pada modal asing, mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan optimalisasi sumber daya alam (SDA) untuk kesejahteraan rakyat.
Pada peta jalan investasi Danantara Investment Management (DIM) tahun 2026, badan pengelola investasi ini dirancang untuk menjalankan mandat ganda; menghasilkan imbal hasil berkelanjutan sekaligus memberikan dampak ekonomi nasional. Pendekatannya dilakukan dengan memadukan investasi strategis jangka panjang dengan investasi privat dan publik yang memberikan arus kas lebih stabil.
“Mandat kami jelas: menghadirkan imbal hasil yang sehat bagi negara, sambil memastikan setiap investasi memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia dan mendorong transformasi nasional,” jelas CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani pada keterangan resmi (1/12).
Dalam memperkuat ekonomi Indonesia yang lebih mumpuni, Danantara juga diharapkan mampu mendukung arah investasi digital baik dari segi infrastruktur hingga peningkatan kapasitas talenta digital. Dengan menjunjung transparansi kepada publik, Danantara diharapkan dapat semakin memuluskan jalannya dalam memastikan investasi untuk kepentingan nasional jangka panjang, beriringan dengan tata kelola yang baik oleh pemerintah, akuntabilitas, dan manajemen risiko yang mumpuni.
Investasi dan langkah strategis hari ini menentukan masa depan produktivitas, inovasi, dan daya saing bangsa. Mari dukung Indonesia mencapai ekonomi digital dan energi bersih, dengan terus memperkuat ketahanan fiskal melalui pengelolaan aset yang lebih produktif. Menciptakan Indonesia yang modern, inklusif, dan berkelanjutan. (rpi)
Load more