Bicara Urgensi Swasembada Energi dan Hilirisasi Nasional, Bahlil: Kalau Cuma Bahan Mentah, Apa Bedanya dengan Zaman VOC?
- Instagram Bahlil Lahadalia
Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kembali menyoroti urgensi swasembada energi dan hilirisasi.
Bahlil menilai upaya hilirisasi tak sekadar meningkatkan nilai tambah komoditas, tetapi juga untuk memperkuat ketahanan energi nasional yang berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Bahlil saat meresmikan Migas Corner di Gedung Rektorat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis lalu.
Menurut Bahlil, pemerintah tengah mengupayakan berbagai langkah konkret untuk mendorong capaian tersebut, mulai dari mengaktifkan kembali sumur minyak dan gas yang tidak produktif, membangun infrastruktur gas, mempercepat hilirisasi sektor mineral dan batubara, hingga mendorong transisi energi berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) dan teknologi inovatif.
"Sebagai Menteri ESDM, saya ingin menekankan bahwa pembangunan energi nasional hari ini mengusung misi besar, yaitu swasembada energi dan hilirisasi. Untuk itu, pemerintah terus mendorong reaktivasi sumur migas idle, pembangunan infrastruktur gas, dan hilirisasi sektor minerba, serta melakukan percepatan transisi energi melalui pengembangan EBT dan inovasi teknologi," kata Bahlil dikutip dari Antara, Sabtu (19/7/2025).
Mantan Menteri Investasi/Kepala BKPM itu juga menekankan pentingnya peran dunia kampus dan mahasiswa dalam mendukung pencapaian agenda energi nasional.
"Peran kampus dan mahasiswa sangat penting dalam proses ini, karena mahasiswa adalah bagian dari agen perubahan menuju kemandirian energi dan kedaulatan sumber daya alam," ujarnya.
Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan bahwa hilirisasi berarti memproses bahan mentah menjadi produk akhir secara menyeluruh di dalam negeri.
Dengan begitu, Indonesia tidak lagi mengekspor bahan mentah dan kehilangan nilai tambah yang justru dinikmati negara lain.
"Jangan lagi mengirim bahan mentah, nilai tambahnya di luar, kita cuma main ekspor material bahan baku. Kalau seperti itu, apa bedanya kita dengan zaman VOC. VOC itu 390 tahun mengirim bahan baku yang membuat negara-negara lain candu terhadap sumber daya kita," tegas Bahlil.
Ia menyebut, selama ini negara lain sangat bergantung pada bahan mentah dari Indonesia sebagai pasokan utama industri mereka.
Hal itu menurutnya harus segera diakhiri dengan menjalankan hilirisasi secara konsisten di dalam negeri.
Load more