Hadapi Ancaman Disinformasi hingga Serangan Siber Global, Kemhan RI Kirim Delegasi untuk Kursus Strategis ACICE di Singapura
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Ancaman disinformasi, misinformasi, dan serangan siber saat ini menjadi tantangan yang semakin nyata di sektor pertahanan global.
Oleh karena itu, negara-negara ASEAN mulai memperkuat kapasitas mereka dalam menghadapi perang informasi yang semakin kompleks.
Salah satu langkah strategisnya adalah melalui kursus “Countering Disinformation in the Defence Sector” yang digelar oleh ADMM Cybersecurity and Information Centre of Excellence (ACICE) di Singapura.
Pelatihan angkatan pertama ini berlangsung sejak 29 Juni hingga 4 Juli 2025 dan diikuti perwakilan dari sembilan negara ASEAN, yakni Singapura, Malaysia, Philipina, Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja dan tentunya Indonesia.
Delegasi Indonesia terdiri dari dua peserta, salah satunya Kolonel Dedy Yulianto, yang saat ini menjabat sebagai Analis Madya Bidang Humas di Biro Infohan, Setjen Kementerian Pertahanan (Kemhan RI). Kegiatan ini dibuka oleh Executive Director ACICE, Yeo Seow Peng.
Menurut Kolonel Dedy, kursus ini bertujuan meningkatkan kesadaran situasional tentang ancaman disinformasi yang terus berkembang di kawasan.
“Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran situasional dan pemahaman tentang ancaman disinformasi yang terus berkembang di ASEAN khususnya, apalagi dengan situasi dunia saat ini dan dampaknya terhadap militer; memahami bagaimana informasi dan komunikasi strategis memainkan peran kritis dalam militer dan pertahanan,” kata Kolonel Dedy dalam keterangan yang diterima, Kamis (10/7/2025).
“Untuk mencegah kampanye informasi yang bersifat hostil mendapatkan momentum; menyampaikan pengetahuan tentang strategi efektif untuk melawan ancaman disinformasi; dan memfasilitasi jaringan, membangun kepercayaan, serta memperkuat hubungan di antara praktisi informasi di seluruh Negara Anggota ASEAN (AMS) tentunya,” sambungnya.
ACICE sendiri merupakan pusat keunggulan yang dibentuk melalui forum pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN (ADMM) dan diresmikan pada Juli 2023.
Fungsinya sebagai wadah pelatihan dan kerja sama dalam isu keamanan siber dan informasi antarnegara anggota.
Beragam materi strategis dibahas dalam kursus ini, mulai dari Disinformation Tactics and Foreign Information Manipulation, strategi komunikasi untuk menghadapi kampanye disinformasi, koordinasi antar lembaga saat krisis, hingga diskusi panel dengan para pakar tentang penggunaan teknologi dalam menghadapi tantangan informasi palsu.
Salah satu sesi penting adalah Tabletop Exercise (TTX), yang dirancang untuk mensimulasikan perencanaan dan respons terhadap krisis informasi.
“TTX Briefing and Preparation adalah melaksanakan skenario proses perencanaan, perancangan, dan pengarahan awal yang dilakukan dalam sebuah simulasi diskusi (Tabletop Exercise) dengan tujuan untuk menguji rencana, meningkatkan koordinasi, dan membangun kapasitas dalam menghadapi krisis atau situasi darurat,” jelas Dedy.
“Post TTX debrief and wrap-up yaitu proses pasca-latihan yang dirancang untuk mengevaluasi, belajar, dan merencanakan tindakan perbaikan berdasarkan hasil dari Tabletop Exercise.”
Di akhir kegiatan, para peserta diajak mengunjungi kantor pusat TikTok dan redaksi The Straits Times yang berada di bawah SPH Media.
Kunjungan ini memberikan wawasan langsung mengenai peran media sosial dan media konvensional dalam memerangi penyebaran disinformasi.
TikTok sebagai platform media sosial terbesar di dunia menjadi kanal utama penyebaran informasi, termasuk yang menyesatkan.
Peserta kursus mendapat pemahaman terkait kebijakan moderasi konten dan cara platform ini menangani arus informasi palsu.
Sementara itu, The Straits Times digambarkan sebagai media arus utama yang memainkan peran penting dalam verifikasi fakta dan jurnalisme investigasi.
“Media seperti The Straits Times sering melakukan verifikasi fakta dan jurnalisme investigasi untuk mengungkap disinformasi. Mereka adalah garda terdepan dalam menyediakan informasi yang akurat kepada publik.”
Editor The Straits Times, Jaime Ho, yang juga menjabat Chief Editor di Channel News Asia dan Partner di FGS Global, menegaskan pentingnya kolaborasi antarnegara dalam menghadapi tantangan disinformasi.
“Kita perlu beberapa konsep dari beberapa negara untuk sharing dalam penanganan dan penanggulangan misinformasi, disinformasi dan siber. Dimana kegiatan ini sangat baik untuk menghimpun beberapa informasi masing-masing negara dalam satu konsep lebih banyak untuk meningkatkan teknik atau cara menghadapi berita-berita palsu dan salah.”
Kegiatan ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada seluruh peserta oleh Brigadir Jenderal Ng Pak Shun, yang merupakan Group Chief, Policy & Strategy dan Group Chief, Plans & Transformation di Kementerian Pertahanan Singapura. Kolonel Dedy dan Liana, PNS dari Kemhan RI, menerima sertifikat tersebut mewakili Indonesia.
Kehadiran perwakilan Indonesia dalam kursus ini menandai keseriusan Kementerian Pertahanan dalam memperkuat kemampuan menghadapi perang informasi. Pelatihan ini tak hanya menambah pengetahuan, tapi juga membuka jejaring regional dalam penanggulangan disinformasi dan ancaman digital di kawasan ASEAN. (rpi)
Load more