Harga Minyak Melejit 4%! Konflik Iran-Israel Guncang Pasar Energi Global
- ANTARA
Jakarta, tvOnenews.com – Ketegangan panas di Timur Tengah kembali memanaskan pasar energi dunia. Harga minyak mentah global meroket lebih dari 4 persen pada Selasa (17/6), seiring konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang kian brutal dan belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
Melansir dari Reuters, Brent crude naik ke level $76,45 per barel, melonjak $3,22 atau 4,4%, sementara WTI ditutup di $74,84 per barel, naik $3,07 atau 4,28%.
Risiko Geopolitik Kembali Menghantui
Analis Price Futures Group, Phil Flynn, menegaskan bahwa eskalasi ini bukan peristiwa "sekali pukul". “Kondisinya lebih mirip dengan konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan. Ini bisa menambah risiko permanen ke pasar minyak global,” ujarnya.
Meskipun aliran minyak global belum terganggu secara signifikan, Iran sempat menghentikan sebagian produksi gas di ladang South Pars usai serangan Israel memicu kebakaran. Fasilitas penyimpanan minyak Shahran di Iran juga menjadi sasaran rudal.
Selat Hormuz Jadi Titik Kritis
Pasar global makin tegang setelah dua kapal tanker bertabrakan di dekat Selat Hormuz, jalur penting pengiriman minyak dunia. Insiden itu diduga terkait gangguan elektronik di tengah konflik yang berkecamuk.
Namun, analis Saxo Bank Ole Hansen menilai potensi penutupan selat masih kecil. “Iran tak akan menutup jalur itu karena pendapatan mereka bergantung padanya. Amerika pun menginginkan harga minyak tetap rendah guna menekan inflasi,” katanya.
Premium Keamanan Naik, Tapi Permintaan Turun
Ketidakpastian geopolitik memunculkan "security premium" sekitar $10 per barel yang kini tercermin dalam harga pasar, menurut analis Again Capital, John Kilduff. Investor khawatir terhadap langkah lanjutan Iran bila pemerintahan merasa terancam secara internal.
Ironisnya, lonjakan harga terjadi di tengah proyeksi permintaan yang justru melemah. Laporan terbaru IEA (International Energy Agency) pada Selasa menurunkan proyeksi permintaan global sebesar 20.000 barel per hari, sembari menaikkan estimasi pasokan sebesar 200.000 barel per hari.
Analis PVM Associates, Tamas Varga, juga menyebut pelaku pasar tengah mencermati kebijakan suku bunga dari bank sentral, khususnya keputusan The Fed yang dijadwalkan pada akhir pekan ini. (reu/nsp)
Load more