Pembiayaan Syariah Direm! BI Pangkas Proyeksi, Tapi Tetap Gas Literasi dan Produk Baru
- dok. Bank Indonesia
Jakarta, tvOnenews.com – Optimisme terhadap pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tahun ini harus sedikit dikendurkan. Bank Indonesia (BI) merevisi turun proyeksi pertumbuhan pembiayaan syariah dari semula 11–13 persen menjadi hanya 8–11 persen untuk tahun 2025.
Penyebabnya bukan karena performa sektor ini melemah, tapi karena BI ingin menyelaraskan estimasi syariah dengan arah kebijakan kredit secara keseluruhan, yang sebelumnya telah dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei lalu.
“Ini revisi sedikit karena diselaraskan dengan RDG yang kemarin,” ujar Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Imam Hartono, dalam Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (4/6).
Ekonomi Global Tak Pandang Mazhab
Imam menegaskan bahwa sektor keuangan syariah tidak kebal terhadap turbulensi ekonomi global. Dampak ketidakpastian yang menghantam pasar keuangan konvensional juga menyapu sektor syariah.
Namun, penurunan proyeksi tidak serta-merta menjadi sinyal suram. Menurut Imam, ini justru momen untuk memacu pembenahan dari dalam—mulai dari literasi masyarakat, pengembangan produk, hingga penguatan kelembagaan.
Dari Literasi Hingga SRIA: Strategi Menarik Umat
BI kini gencar mendorong literasi keuangan syariah. Hasil survei pada 2024 mencatat indeks literasi ekonomi syariah sebesar 42,84 persen, naik tajam dari tahun sebelumnya yang hanya 28,01 persen. Tahun ini, targetnya disetel lebih tinggi: minimal 50 persen.
“Kalau kendaraan syariahnya menarik dan masyarakat sudah ngerti, kita bisa percepat inklusi keuangan syariah,” kata Imam.
Tak cukup sampai di sana, BI bersama OJK juga meluncurkan produk anyar: Shariah Restricted Investment Account (SRIA). Produk ini dirancang untuk memperluas pilihan investasi syariah bagi publik yang semakin melek halal finance.
Spin Off UUS, Lahirkan Bank Syariah Kelas Kakap
Satu langkah strategis lain adalah mendorong spin off Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Tujuannya jelas: menciptakan bank syariah skala besar yang bisa bersaing di level nasional maupun global.
“Pelaku usaha syariah juga kita bantu dari sisi korporasi dan kapasitasnya, termasuk akses ke pembiayaan,” tutur Imam.
Realita Pasar: Pertumbuhan Mulai Melambat
Meski masih tumbuh, performa pembiayaan syariah mulai mengalami perlambatan. Data OJK mencatat per April 2025, pembiayaan syariah tumbuh 8,87 persen (yoy) menjadi Rp653,44 triliun, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 9,2 persen.
Load more