Rupiah Menguat, Bunga Turun, Kredit Siap Ngebut! OJK: Waktunya Perbankan Gas Pol!
- Unsplash/Mufid Majnun
Jakarta, tvOnenews.com – Di tengah dinamika global yang tak kunjung pasti, ekonomi Indonesia justru menunjukkan sinyal stabilisasi yang makin kuat. Dan kabar baiknya: perbankan nasional sedang bersiap tancap gas.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menegaskan bahwa kondisi makroekonomi domestik kini makin kondusif, membuka ruang lebar bagi ekspansi kredit. Stabilitas rupiah, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, hingga turunnya bunga penjaminan LPS menjadi sinyal bahwa “musim semi” bagi pertumbuhan kredit telah datang.
“Ini membuka ruang untuk terciptanya kondisi yang lebih kondusif dalam konteks mendorong peningkatan kredit ke depannya,” tegas Dian dalam agenda silaturahmi bersama media, Selasa malam (3/6).
Tak hanya soal bunga dan kurs, likuiditas perbankan juga masih sangat longgar. Loan to Deposit Ratio (LDR) nasional tercatat di angka 87,99 persen per April 2025, masih dalam batas sehat dan memberikan ruang cukup bagi lembaga keuangan untuk menggenjot penyaluran kredit.
Namun, tantangan berikutnya tidak kalah penting: bagaimana memantik permintaan kredit, terutama dari sektor-sektor prioritas. Pemerintah saat ini tengah menggeber sejumlah program strategis nasional, mulai dari perumahan rakyat, hilirisasi industri, hingga penguatan UMKM. Semua ini digadang-gadang bakal jadi bahan bakar utama kebangkitan kredit nasional.
Pertumbuhan kredit memang melambat, dari 9,16 persen (yoy) pada Maret menjadi 8,88 persen (yoy) di April 2025. Tapi OJK tak panik. Dian menyebut perlambatan ini bersifat musiman, bukan struktural.
“Ini masih di awal tahun. Kemungkinan akan bounce back karena kondisi makro kita semakin stabil,” jelasnya.
Terkait isu bahwa bank lebih memilih bermain aman dengan menaruh dana di Surat Berharga Negara (SBN) atau Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) ketimbang disalurkan sebagai kredit, OJK punya pandangan tajam. Menurut Dian, imbal hasil SBN dan SRBI di kisaran 6-7 persen memang menarik. Tapi kredit tetap lebih menjanjikan dalam jangka panjang.
“Penyaluran kredit tetap menjadi orientasi utama bank. Kalau bicara imbal hasil, kredit masih paling tinggi,” ujarnya.
Bank Indonesia sendiri memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan 2025 akan berada di kisaran 8–11 persen. OJK bahkan sedikit lebih optimistis dengan proyeksi 9–11 persen, sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) yang hingga kini belum direvisi.
Meski perekonomian global masih dibayangi awan ketidakpastian, Dian yakin Indonesia punya peluang emas untuk tetap tumbuh. Kuncinya? Soliditas antar pemangku kebijakan—pemerintah, regulator, dan pelaku industri—dalam menjaga arah kebijakan yang konsisten dan produktif.
“Kalau kita bisa satukan langkah, kita bisa lewati badai global ini bersama,” tutupnya. (ant/nsp)
Load more