KFC Indonesia Blak-blakan soal PHK Ribuan Karyawan, FAST Akui Tertekan
- Ist
Jakarta, tvOnenews.com - PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) selaku pemegang tunggal waralaba restoran cepat saji KFC Indonesia, mengkonfirmasi alasan dilakukannya pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawan.
Emiten kongsi Gelael dan Grup Salim ini mengakui bahwa langkah efisiensi itu merupakan bagian dari penyesuaian struktur organisasi menyusul kondisi operasional keuangan yang semakin genting.
Lewat keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Selasa (27/5/2025), manajemen FAST menjelaskan bahwa PHK dilakukan seiring dengan penutupan sejumlah gerai yang tidak lagi produktif.
"Pelaksanaan efisiensi karyawan oleh Perseroan dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk menyesuaikan struktur organisasi dan biaya operasional dengan kondisi bisnis yang terus berkembang," kata Manajemen FAST, dikutip Rabu (28/5/2025).
Selain itu, FAST juga mengakui tengah menghadapi tantangan eksternal seperti perubahan dinamika pasar dan tekanan semakin kompetitif.
Oleh karena itu, KCF Indonesia memutuskan untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap efektivitas dan produktivitas sumber daya gerai dan operasional kantor.
Penutupan gerai serta penyesuaian jumlah karyawan dilakukan agar tetap sejalan dengan strategi efisiensi dan keberlanjutan usaha.
"Langkah efisiensi ini juga merupakan bagian dari strategi Perseroan dalam meningkatkan kinerja keuangan dan operasional, dengan tujuan menciptakan organisasi yang lebih ramping, adaptif dan fokus pada pencapaian tujuan jangka panjang," bunyi keterangan tertulis Manajemen FAST.
Sampai saat ini, FAST belum merinci lagi soal berapa jumlah pasti karyawan yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja (PHK).
Namun hingga akhir tahun 2024 lalu, pemegang lisensi tunggal Kentucky Fried Chicken di Indonesia ini diketahui telah menutup 47 gerai dan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 2.274 karyawan.
Sebagai informasi, FAST akan memperoleh suntikan modal sebesar Rp80 miliar dari dua induk usahanya, yakni PT Gelael Pratama dan anak usaha milik Grup Salim PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET).
Dari seluruh dana tersebut, sebanyak Rp52 miliar akan dipakai untuk pembelian persediaan pembayaran beberapa kewajiban. Sementara, sebesar Rp28 miliar sisanya akan dipakai untuk biaya operasional efisiensi karyawan.
Pada kuartal I 2025, FAST mengalami rugi bersih hingga Rp36,77 miliar atau turun 81,25% dibandingkan rugi Rp196,21 miliar pada kuartal I 2024.Â
Load more