Pers Global Kian Terpuruk, RSF Soroti Tekanan Ekonomi dan Dominasi Big Tech yang Gerus Media: Posisi RI Turun 16 Tingkat
- RSF
Pada tahun 2024, total belanja iklan di media sosial mencapai 247,3 miliar dolar AS atau hampir Rp407 triliun, naik 14 persen dibanding tahun sebelumnya.
Selain menggerus pendapatan media, platform digital juga dianggap memperparah disinformasi dengan turut menyebarkan konten menyesatkan yang mempengaruhi ruang informasi publik.
RSF turut menyoroti konsentrasi kepemilikan media yang semakin menyempit, terutama di negara-negara di mana pemilik media memiliki keterkaitan kuat dengan elit politik.
Situasi ini ditemukan di India, Indonesia, dan Malaysia, di mana konglomerat politik mendominasi kelompok media besar.
Dalam laporan tahun ini, posisi Indonesia dalam Indeks Kebebasan Pers 2025 anjlok ke peringkat 127. Peringkat ini turun 16 tingkat dibandingkan tahun lalu.
Sementara Norwegia tetap mempertahankan posisi puncak, dan Eritrea (Afrika Timur) kembali menjadi juru kunci.
Beberapa negara lain juga mencatat penurunan, seperti Amerika Serikat turun ke peringkat 57, Tunisia ke posisi 129, dan Argentina terlempar ke peringkat 87.
Namun, India dan Malaysia justru mengalami peningkatan peringkat, masing-masing ke posisi 151 dan 88.
Laporan tentu perlu menjadi perhatian serius, mengingat bahwa tekanan ekonomi dan politik menjadi ancaman yang tak main-main bagi kebebasan pers.
Jika tidak diimbangi dengan kebijakan perlindungan yang jelas dan dukungan keberlanjutan finansial, media berisiko kehilangan fungsi utamanya sebagai penjaga demokrasi.
"Ekonomi media harus segera dipulihkan ke kondisi yang kondusif bagi jurnalisme dan memastikan produksi informasi yang dapat dipercaya, yang pada dasarnya mahal," ujar Anne Bocandé. (rpi)
Load more