Sri Mulyani Waspadai Efek Trump: Harga Minyak Bisa Meledak, Lifting Nasional Tertekan!
- Abdul Gani Siregar
Jakarta, tvOnenews.com – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mewanti-wanti potensi gejolak harga minyak dunia yang bisa dipicu oleh kebijakan luar negeri Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Ketegangan geopolitik, terutama dengan negara-negara produsen minyak seperti Iran dan Rusia, dinilai berpotensi mengacaukan asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
“Volatilitas geopolitik dan keputusan-keputusan negara termasuk negara-negara yang berpengaruh bisa mempengaruhi harga minyak,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Maret 2025, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Rabu (30/4/2025).
Dalam APBN 2025, pemerintah menetapkan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$71,1 per barel untuk end of period. Namun hingga akhir Maret, realisasi year to date justru menembus US$74,1 per barel—lebih tinggi dari yang diproyeksikan.
Sebagai perbandingan, tahun 2024 pemerintah sempat mematok asumsi harga minyak di US$82 per barel. Realisasinya justru lebih rendah yakni US$71,6 untuk end of period dan US$78,1 sebagai rata-rata tahunan.
Tak hanya faktor global, tantangan juga datang dari dalam negeri. Lifting minyak dan gas bumi Indonesia masih jauh dari target. Realisasi lifting minyak pada kuartal pertama hanya 573,9 ribu barel per hari dari target 605 ribu. Lifting gas pun meleset dari target 1.005.000 menjadi hanya 985,7 ribu barel per hari.
Pemerintah mendorong Pertamina dan kontraktor migas (KKS) untuk mempercepat eksplorasi dan produksi sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap kondisi pasar dunia.
“Ini menjadi salah satu hal di mana Pertamina maupun KKS yaitu mereka yang memegang konsesi untuk eksplorasi minyak dan gas untuk bisa terus meningkatkan lifting produksi dan lifting minyak di Indonesia,” tandas Sri Mulyani. (agr/nsp)
Load more