PGN Jaga Kinerja di Kuartal I-2025: Pendapatan Masih Tumbuh 2 Persen Menjadi 967 Juta Dolar AS
- istimewa
Jakarta, tvonenews.com - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Subholding Gas Pertamina, mampu mencatat kinerja yang solid di tengah kondisi geopolitik dan fluktuasi harga energi global. Pada kuartal I-2025, pendapatan emiten dengan kode perdagangan PGAS ini masih mampu tumbuh 2 persen.
Pada tiga bulan pertama 2025, PGN membukukan pendapatan sebesar 967 juta dolar AS, atau tumbuh 2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 949 juta dolar AS. Sementara EBITDA (arus kas bersih) tercatat 205 juta dolar AS, dan laba bersih mencapai 62 juta dolar AS.
Tekanan geopolitik, fluktuasi harga minyak serta fluktuasi kurs baik Rupiah terhadap Dolar AS maupun Yen Jepang terhadap Dolar AS mempengaruhi profit margin dan perusahaan berhasil mengimbangi melalui penguatan operasional, optimasi dana internal dan efisiensi.
“Kami menyikapi volatilitas pasar dengan mempercepat proyek strategis dan menjaga kelancaran operasional agar manfaat gas bumi tetap berdampak luas bagi ekonomi nasional,” lanjut Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/4/2025).
Di tengah tekanan kondisi geopolitik dan fluktuasi harga energi global, jelas Fajriyah, PGN terus memperkuat perannya dalam menjaga ketahanan energi nasional melalui optimalisasi infrastruktur dan agregasi pasokan gas bumi.
Lebih lanjut Fajriyah menyebutkan bahwa kuartal ini merupakan periode konsolidasi strategi di tengah transisi pasokan energi domestik.
Operasional PGN
Selama tiga bulan pertama 2025, volume penyaluran gas PGN tercatat sebesar 861 BBTUD, sementara transmisi mencapai 1.602 MMSCFD. Keandalan infrastruktur tetap tinggi di level 99,9 persen, menopang layanan kepada lebih dari 820 ribu pelanggan di seluruh Indonesia, mencakup 817.420 rumah tangga, 2.587 pelanggan kecil dan 3.291 industri dan komersial.
“Kami terus fokus pada efisiensi, kesinambungan pasokan gas, dan akselerasi proyek strategis seperti pengembangan jaringan gas rumah tangga serta infrastruktur LNG,” ungkap Fajriyah.
Sesuai kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), gas pipa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan industri penerima HGBT untuk mendukung daya saing industri strategis nasional.
Di sisi lain, terbatasnya pasokan gas pipa akibat penurunan produksi dari beberapa lapangan hulu di wilayah Jawa dan Sumatera, mendorong PGN untuk mengoptimalkan pemanfaatan jasa regasifikasi LNG di Lampung, Arun, dan Jawa Barat. Hal ini dilakukan guna menjaga kesinambungan pasokan energi, khususnya untuk sektor kelistrikan dan industri komersial lainnya termasuk pelanggan non-HGBT.
Load more