Langkah Cepat Kementan Stabilkan Harga Ayam dan Telur
- Istimewa
Dua hari kemudian, Agung memantau langsung serapan ayam hidup ukuran besar dari peternak rakyat oleh perusahaan integrator dan produsen pakan di Kabupaten Bogor. Di lokasi pertama, PT Malindo Feedmill membeli 5.448 ekor ayam dari peternak mandiri di Kecamatan Tajurhalang dengan bobot rata-rata 2,7–2,8 kilogram per ekor seharga Rp 17 ribu per kilogram.
Perusahaan integrator PT Charoen Pokphand Indonesia membeli 2.037 ekor ayam hidup dengan bobot rata-rata 1,9 kilogram per ekor dari peternak lainnya dengan harga yang sama. PT Japfa Comfeed Indonesia turut menyerap 5.000 ekor ayam dari dua lokasi, yakni Cigudeg dan Serang, dengan bobot rata-rata 2,2–2,6 kilogram per ekor.
“Kami ingin memastikan tidak ada ayam besar yang tidak terserap pasar, terutama saat pasokan sedang tinggi,” ujar Agung.
Langkah stabilisasi harga turut dibarengi upaya penataan tata niaga unggas nasional. Kementerian Pertanian memperkuat koordinasi dengan Badan Pangan Nasional untuk meninjau ulang harga acuan pembelian (HAP) ayam dan telur, serta menyiapkan skema penyerapan karkas dan telur ke dalam Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).
Selain itu, pengawasan terhadap Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2024 diperketat. Fokusnya adalah distribusi DOC Final Stock layer ke industri besar agar tidak melampaui batas populasi 10 persen.
Kementan juga terus mendorong ekspor DOC, telur, daging ayam, serta produk olahannya ke luar negeri. “Dengan memperluas pasar, peternak kita memiliki lebih banyak ruang untuk tumbuh dan berkembang,” ujar Agung.
Adanya kolaborasi lintas sektor—antara pemerintah, pelaku usaha, dan peternak—Kementerian Pertanian berharap sektor perunggasan tetap menjadi fondasi utama ketahanan pangan nasional.
Load more