Drama Tarif Trump: Negosiasi atau Hanya Ilusi? China Bilang Tidak Pernah Ada!
- tvOnenews.com/Wildan Mustofa
Washington, tvOnenews.com — Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa proses negosiasi tarif dengan China sedang berlangsung.
Namun, pernyataan ini langsung dibantah oleh Beijing yang menyebut bahwa tidak ada komunikasi atau konsultasi yang terjadi antara kedua negara.
Dalam wawancara dengan TIME Magazine yang dirilis Jumat lalu, Trump mengklaim bahwa Presiden China Xi Jinping telah meneleponnya dan menyatakan kesiapannya untuk berdialog. Klaim ini kembali ditegaskan Trump saat hendak bertolak ke Roma menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.
Namun, hanya beberapa jam berselang, Kementerian Luar Negeri China melalui kedutaan besarnya di Washington merilis pernyataan tegas:
“China dan AS TIDAK sedang melakukan konsultasi atau negosiasi apa pun terkait tarif. AS harus berhenti menciptakan kebingungan,” tulis pernyataan itu.
Berbicara di atas pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengatakan bahwa kemenangan sejati akan terjadi jika China membuka pasar domestiknya untuk produk-produk Amerika. Namun ia juga mengaku tidak yakin apakah akan menuntut hal itu karena, menurutnya, "mereka tidak menginginkannya terbuka."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyatakan bahwa Beijing akan terus mematuhi aturan perdagangan internasional. Ia mengkritik pihak-pihak yang memicu perang dagang demi kepentingan sendiri, seraya menuduh negara tertentu melakukan "pemaksaan dan transaksi yang tidak adil."
Ketidakpastian Global Meningkat
Kebingungan antara klaim AS dan bantahan China menambah lapisan ketidakpastian global, terutama di tengah kekhawatiran akan dampak ekonomi dari perang tarif yang terus meluas.
Melansir dari Reuters, pemerintahan Trump diketahui sedang menjalankan maraton perundingan dagang dengan berbagai negara yang hadir dalam pertemuan IMF dan Bank Dunia di Washington pekan ini. Meski tim Trump, termasuk Menteri Keuangan Scott Bessent, mengklaim adanya kemajuan, banyak negara mitra menyatakan keraguan.
Menteri Keuangan Irlandia Paschal Donohoe menyebut bahwa pertemuan tersebut memperjelas betapa besar risiko terhadap lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi global.
Sinyal Mereda, Tapi Belum Ada Kepastian
Meski begitu, ada indikasi kecil bahwa ketegangan mungkin mulai mereda. China dikabarkan telah menghapus beberapa bea masuk tinggi terhadap produk farmasi buatan AS, dan mempertimbangkan 131 kategori produk lain untuk dibebaskan.
Pemerintahan Trump juga mulai memberi sinyal ingin menurunkan ketegangan, dengan menyebut kondisi saat ini tidak bisa dibiarkan berlarut. Trump sendiri mengatakan sudah mendekati kesepakatan dengan Jepang, yang disebut sebagai “uji coba” bagi kesepakatan bilateral lainnya.
Trump bahkan menyatakan telah membuat 200 kesepakatan yang akan selesai dalam waktu tiga hingga empat minggu—meski tidak merinci isinya.
Dampak Ekonomi dan Reaksi Pasar
Sementara itu, para ekonom memperingatkan bahwa tarif-tarif tinggi ini berisiko memicu inflasi dan mendorong AS menuju resesi. Harga saham di AS sempat naik tipis minggu ini, tetapi indeks secara umum masih tertinggal dibanding pasar Eropa dan Asia.
Trump juga mengancam memberlakukan tarif tambahan terhadap obat-obatan dan semikonduktor, yang diperkirakan bisa menaikkan harga obat di AS hingga 12,9%.
Di tengah ketidakpastian ini, negara-negara seperti Korea Selatan dan Swiss menyatakan puas dengan dialog awal mereka bersama AS, meski belum ada hasil konkret yang diumumkan. (nsp)
Load more