Pendiri Wafat, Warisan Budaya The House of Raminten Tetap Hidup dan Raup Omzet Puluhan Juta Per Hari
- tim tvOne - Nuryanto
Jakarta, tvOnenews.com – Siapa yang tak kenal The House of Raminten? Restoran legendaris ini bukan sekadar tempat makan, tapi juga destinasi wisata budaya yang buka 24 jam tanpa henti.
Restoran ini didirikan oleh almarhum Hamzah Sulaeman pada 26 Desember 2008. Kabar duka datang ketika sang pendiri wafat pada hari ini, Kamis 24 April 2025. Ia meninggalkan warisan budaya kuliner yang sangat berarti bagi masyarakat Yogyakarta dan Indonesia.
The House of Raminten sukses memadukan kekayaan budaya Jawa dengan konsep modern yang memesona. Berlokasi di jantung kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Faridan M. Noto No. 7, Kotabaru, restoran ini telah menjadi ikon kuliner yang tak pernah sepi pengunjung.
Dengan konsep interior etnik, alunan gamelan Jawa, hingga menu-menu tradisional yang menggoda selera, The House of Raminten menawarkan pengalaman bersantap yang tak terlupakan.
Raup Omzet Puluhan Juta Per Hari
Meski tak ada laporan resmi soal pendapatan, sejumlah sumber memperkirakan omzet harian restoran ini bisa mencapai angka fantastis. Berdasarkan kunjungan harian 300–500 orang dan pengeluaran rata-rata Rp 30.000 – Rp 50.000 per pengunjung, pendapatan harian The House of Raminten diprediksi mencapai Rp 9 juta hingga Rp 25 juta.
Dalam satu malam saja, pemasukan bisa menembus angka Rp 1,5 juta — padahal restoran ini beroperasi 24 jam, dan lalu lintas pengunjungnya nyaris tak pernah berhenti.
Menu Tradisional, Harga Merakyat
Menu andalan yang ditawarkan pun sangat terjangkau, menjadikan restoran ini digemari dari semua kalangan — mulai dari mahasiswa hingga turis mancanegara.
Beberapa menu populer antara lain:
-
Nasi kucing: Rp 1.000 – Rp 3.000
-
Sate lilit ayam: Rp 8.000 – Rp 12.000
-
Ayam koteka: Rp 15.000 – Rp 20.000
-
Nasi liwet Raminten: Rp 25.000 – Rp 35.000
-
Nasi Tenong komplit: Rp 100.000 – Rp 125.000
-
Wedang uwuh dan susu jahe: Rp 5.000 – Rp 15.000
Harga yang ramah kantong ini menjadi salah satu daya tarik utama, terutama bagi wisatawan yang ingin mencicipi masakan khas tanpa menguras dompet.
Bukan Sekadar Restoran, Tapi Simbol Budaya
The House of Raminten bukan hanya soal rasa, tapi juga identitas. Dengan interior penuh ornamen tradisional, pelayan berpakaian adat, hingga pementasan budaya Jawa, pengunjung merasakan langsung atmosfer autentik yang jarang ditemukan di tempat lain.
Dengan sekitar 82 karyawan yang bekerja secara bergantian demi menjaga layanan selama 24 jam, restoran ini tak hanya menyajikan makanan, tapi juga pengalaman budaya yang melekat di hati.
Populer di Kalangan Wisatawan, Siap Ekspansi
Berbekal popularitas dan ulasan positif dari wisatawan, The House of Raminten telah membuka cabang lain di wilayah Yogyakarta. Reputasinya dibangun lewat promosi dari mulut ke mulut, didukung kekuatan media sosial dan rekomendasi wisata kuliner yang menjadikan nama Raminten kian berkibar.
Duka di The House of Raminten
Dengan perpaduan konsep yang unik, harga bersahabat, dan layanan 24 jam nonstop, The House of Raminten bukan hanya bertahan, tapi terus berkembang di tengah persaingan kuliner yang ketat. Meskipun omzet resminya masih menjadi misteri, angka estimasi menunjukkan betapa besarnya potensi ekonomi restoran ini dalam dunia kuliner Yogyakarta.
Kepergian Hamzah Sulaeman tentu meninggalkan duka, namun juga mengukuhkan warisan budaya yang ia bangun lewat The House of Raminten. Namanya akan selalu dikenang sebagai sosok pelestari budaya lewat jalur kuliner. (nsp)
Load more