Di Tengah Perang Dagang, Anindya Bakrie Ungkap Indonesia Justru Siap Bersaing di Kancah Global
- tvOnenews.com/Julio Trisaputra
Dengan konsumsi domestik yang menyumbang sekitar 55-60 persen dari PDB, menurutnya, Indonesia memiliki daya tahan yang kuat terhadap guncangan eksternal. Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan tetap ada, termasuk ancaman terhadap 2,1 juta pekerja yang berisiko terdampak perang dagang.
"Kita punya konsumsi domestik ini kan 55-60 persen, yang artinya cukup resilien. Nah, tapi konsumsi domestik ini juga mesti dikembangkan, karena kita tidak menafikan efek daripada perang dagang ini, walaupun kita bilang hanya 9-10 persen, tapi ada 2,1 juta pekerja yang at risk kalau misalnya ada apa-apa. Dan ini cukup besar. Kenapa? Karena setiap tahun untuk kita memaintain 5-6 persen pertumbuhan dibutuhkan, ya tadi 2-3 juta. Jadi kalau 2 juta ada apa-apa
itu berat. Jadi domestic consumption dan juga domestic economy harus ditingkatkan," jelas Anindya Bakrie.
Dipaparkan Anin, program pemerintah seperti Makanan Bergizi Gratis (MBG), Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG), dan Rumah Layak Huni disebutnya sebagai upaya konkret mendorong pemerataan dan memperkuat konsumsi dalam negeri.
Ia juga menyoroti potensi besar dari tenaga kerja migran Indonesia (PMI).
"Satu lagi yang saya ingin highlight adalah tenaga kerja migran. Mungkin teman-teman sudah tahu bahwa tenaga kerja migran kita ini ada 5 juta orang dan yang banyak itu domestic workers. Dan 5 juta PMI ini menghasilkan sekitar Rp250 triliun. Nah ini angka besar sekali. Bisa bayangkan kalau misalnya permintaan yang masih banyak di luar kita bisa berikan, dan bukan hanya domestic workers, tapi juga upskill workers, ini jumlahnya sangat besar untuk kita meningkatkan devisa. Jadi sekali lagi, satu kita harus fokus kepada kita menjaga bahkan mengembangkan domestic economy," tutur Anindya Bakrie.
Perluasan Pasar Ekspor Selain memperkuat pasar domestik, Anin menyebut pentingnya membuka dan mengembangkan pasar baru. Ia menyampaikan pengalaman Kadin Indonesia dalam mendampingi kunjungan kenegaraan Presiden ke Turki, Qatar, India, dan Brazil sebagai bentuk nyata dari strategi diversifikasi pasar ekspor.
"Di Qatar, mereka berkomitmen menaruh 2 miliar dolar AS, ditambah 2 miliar dolar AS dari kita untuk membentuk sub-fund. Ini bisa menjadi efek bola salju yang positif,” katanya.
Load more