ADVERTISEMENT
Advertnative
“Gas juga begitu. Gas kita masih tergolong mahal, sekitar 12 dolar AS per MMBTU, kalau di Vietnam, Thailand, itu sudah sekitar 4–5 dolar AS per MMBTU,” tuturnya.
Bambang menegaskan bahwa penurunan biaya energi akan memberi ruang bagi produk dalam negeri untuk bersaing di tengah tekanan tarif tinggi dari AS.
Apalagi, negara-negara lain juga menghadapi kebijakan serupa dari pemerintah AS.
“Kalau kita bisa mereduksi semua ongkos, biaya produksi yang ada di Indonesia ini, kita masih punya kesempatan untuk bersaing dengan beberapa negara itu,” kata Bambang.
Meski demikian, ia juga membuka opsi diversifikasi pasar ekspor ke luar AS.
Ia meyakini Indonesia masih memiliki peluang besar di Eropa dan negara lain, terutama karena produk dalam negeri, seperti tekstil, dinilai kompetitif dari segi harga.
“Yang terkendala, terdampak itu adalah industri tekstil, itu yang banyak kita ekspor ke Amerika. Tentu kita masih banyak market di negara lain, tidak hanya Amerika,” ucap anggota Komisi VII tersebut.
Load more