99% Listrik di Maluku Masih Bergantung Fosil, Bahlil Siapkan PLTP 40 MW untuk Ubah Peta Energi
- tvonenews.com/Abdul Gani Siregar
Jakarta, tvOnenews.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menginstruksikan PT PLN (Persero) untuk segera membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) baru dengan kapasitas 40 megawatt (MW) di Provinsi Maluku.
Instruksi tersebut disampaikan dalam kunjungan kerja Menteri Bahlil ke Kota Ambon, Sabtu (5/4), seusai meninjau Unit Pelaksana Penyaluran dan Pengaturan Beban (UP3B) di wilayah tersebut.
"Dalam implementasinya, PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditunjuk oleh negara dalam melakukan penugasan-penugasan agar semua masyarakat bisa mendapatkan listrik," ujar Bahlil dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (7/4/2025).
Bahlil menyebutkan bahwa Maluku memiliki potensi panas bumi sebesar 40 MW yang perlu dimanfaatkan secara maksimal.
Ia memastikan proyek tersebut sudah masuk dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034 sebagai bagian dari strategi transisi menuju energi bersih berbasis energi baru terbarukan (EBT).
"Saya sudah masukkan dalam RUPTL (PLN), supaya apa? Tidak lagi tergantung pada solar. Tidak lagi tergantung pada batu bara. Jadi begitu ada mesin-mesin pembangkit yang sudah tua, yang diesel, langsung diganti pada Energi Baru Terbarukan (EBT), sebagai bentuk dari concern pemerintah untuk menyediakan EBT sebagai konsensus internasional," ungkapnya.
Rencana pembangunan PLTP di Maluku meliputi dua proyek utama, yakni PLTP Wapsalit berkapasitas 20 MW di Pulau Buru, dan PLTP Tulehu dengan kapasitas 2x10 MW di Pulau Ambon.
PLTP Wapsalit saat ini masih dalam tahap eksplorasi oleh pengembang swasta, dengan target operasi komersial (COD) pada tahun 2028.
Sementara itu, PLTP Tulehu tengah dalam proses pengadaan oleh PLN dan diperkirakan akan mulai beroperasi pada 2031.
Selain itu, potensi panas bumi lainnya terletak di Banda Baru, Pulau Seram, dengan kapasitas yang diperkirakan mencapai 25 MW.
Potensi ini telah disurvei oleh Badan Geologi dan rencananya akan ditawarkan ke investor melalui market sounding oleh Ditjen EBTKE pada April 2025.
Saat ini, sistem kelistrikan di Maluku masih sangat bergantung pada pembangkit berbasis energi fosil.
Berdasarkan data 2024, total kapasitas pembangkit listrik di wilayah ini mencapai 409 MW.
Dari jumlah tersebut, sekitar 99% atau 406 MW masih bersumber dari energi fosil, terutama dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), serta gabungan pembangkit berbahan bakar gas dan uap (PLTG, PLTGU, dan PLTMG).
PLTD menjadi sumber utama dengan kapasitas 249 MW atau sekitar 61% dari total, disusul pembangkit berbasis gas dan uap yang menyumbang 157 MW atau 38%.
Sementara itu, kontribusi energi baru terbarukan masih sangat kecil, hanya sekitar 3 MW atau kurang dari 1%. Ini terdiri dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 3 MW dan mikrohidro sebesar 0,1 MW. (ant/rpi)
Load more