Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan bahwa kinerja indeks manufaktur atau Purchasing Manager Index (PMI) dan neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan performa yang bagus.
Pernyataan itu ia sampaikan menanggapi lembaga pemeringkat internasional, Moody's, yang merilis perekonomian Indonesia tetap resilien didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil dan solid.
"(Ekonomi) Indonesia bagus, nanti indikatornya kita sampaikan. PMI kita bagus, neraca perdagangan kita bagus, jadi kita bisa sampaikan nanti ya," kata Sri Mulyani usai Sidang Kabinet Paripurna dan buka puasa bersama di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (21/3) malam.
Saat ditanya lebih lanjut soal royalti pendapatan negara dari mineral dan batu bara, Sri Mulyani enggan menjawab.
Hal itu karena pemerintah berencana menaikkan royalti dari usaha minerba yang kini masih dibahas oleh pemerintah melalui revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2022 tentang Perlakuan Perpajakan dan/atau Penerimaan Negara Bukan Pajak di Bidang Usaha Pertambangan Batubara, serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2022 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia.
"Nanti kalau sudah keluar PP-nya saja," ujarnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, PMI manufaktur Indonesia per Februari 2025 berada pada angka 53,6 atau naik 1,7 poin dibandingkan bulan sebelumnya.
PMI manufaktur yang berada di atas level 50 tersebut mencerminkan kondisi ekspansif. Capaian PMI pada Februari ini juga sekaligus merupakan yang tertinggi sejak 11 bulan terakhir.
Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaporkan kinerja neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus sebesar 3,12 miliar dolar AS pada Februari 2025, meskipun turun sebesar 380 juta dolar AS secara bulanan dibandingkan Januari 2025.
Sebelumnya, Moody's Investors Service (Moody's) telah menyelesaikan tinjauan berkala (periodic review) atas peringkat Indonesia.
Tinjauan ini dilakukan melalui Komite Penilaian yang diadakan pada 7 Maret 2025 untuk mengevaluasi kembali kesesuaian peringkat dengan dinamika terkini, tetapi tidak menjadi dasar penetapan rating baru (non-rating action) sehingga peringkat kredit Indonesia masih tetap pada level Baa2 dengan outlook stabil.
Moody's menilai bahwa profil kredit Indonesia tetap kuat dengan peringkat Baa2, didukung oleh ketahanan ekonomi yang berkelanjutan.
Faktor struktural seperti sumber daya alam yang melimpah dan demografi yang kuat menjadi pilar utama yang mendukung stabilitas ekonomi Indonesia.
Selain itu, kebijakan fiskal dan moneter yang dikelola dengan baik dalam menjaga disiplin fiskal, stabilitas makroekonomi serta inflasi, dianggap memperkuat profil kredit Republik ini.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap solid dengan pertumbuhan PDB riil rata-rata sekitar 5,0% untuk tahun 2025 dan 2026.
Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang relatif kuat, serta volume komoditas yang stabil yang akan mendukung pertumbuhan ekspor.
Namun, Moodys menilai pemerintah perlu mewaspadai perlambatan akibat dinamika global seperti perang tarif.
Beban utang Indonesia diperkirakan tetap stabil dan pada tingkat yang relatif rendah jika dibandingkan dengan ukuran ekonominya dan negara peers.
Meskipun terdapat tantangan dalam kondisi fiskal yang lebih luas, terutama dalam hal masih belum optimalnya basis pendapatan negara, situasi ini diyakini Moody's masih terkelola dengan baik. (ant/nba)
Load more