Jakarta, tvOnenews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terperosok pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (19/3), dengan mencatat penurunan sebesar 1,19% atau 77 poin ke level 6.394,87.
Penurunan IHSG pagi ini terjadi di hampir semua sektor utama. Sektor keuangan dan konsumsi menjadi yang paling tertekan, dengan saham-saham perbankan besar seperti BBCA (-2,1%), BMRI (-1,8%), dan BBRI (-2,4%) mengalami koreksi cukup dalam.
Sementara itu, sektor energi dan pertambangan juga mencatat penurunan karena harga komoditas global yang melemah. Saham ADRO turun 2,5%, PTBA merosot 3,1%, dan INCO terkoreksi 2,2%.
Sektor teknologi juga tidak luput dari tekanan. Saham GOTO terpantau turun 3,6%, sementara BUKA melemah 2,9%. Di sektor infrastruktur, saham TLKM terkoreksi 1,5% dan EXCL melemah 2,0%.
Namun, beberapa saham di sektor kesehatan seperti KLBF (+0,8%) dan HEAL (+0,5%) mampu mencatat penguatan tipis di tengah tekanan pasar.
Di sisi lain, beberapa saham di sektor teknologi dan infrastruktur masih mampu bertahan, meski dalam volume perdagangan yang relatif tipis. Analis mencatat bahwa investor cenderung mengalihkan dananya ke saham-saham defensif dengan kapitalisasi besar untuk mengurangi risiko.
Penurunan IHSG tidak berdiri sendiri. Pergerakan negatif juga tercermin di bursa Asia pada pagi hari ini, yang mengikuti tren pelemahan di Wall Street.
Saham-saham di pasar global mengalami tekanan akibat meningkatnya kekhawatiran terhadap kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Indonesia dan The Federal Reserve.
Wall Street sendiri ditutup melemah pada perdagangan semalam, dipicu oleh ketidakpastian seputar kebijakan suku bunga The Fed yang diperkirakan masih akan tetap tinggi untuk menekan inflasi.
Kondisi ini memicu aksi jual di pasar Asia, termasuk Indonesia, karena investor memilih untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) dan bersikap lebih defensif.
Untuk merespons ketidakstabilan pasar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menjadwalkan konferensi pers pada pukul 10.00 WIB hari ini. Dalam konferensi ini, OJK diharapkan memberikan panduan dan kebijakan yang bisa menenangkan pasar serta mencegah kepanikan lebih lanjut di kalangan investor.
Sejumlah analis memperkirakan bahwa OJK mungkin akan mengeluarkan kebijakan teknis untuk menjaga stabilitas pasar, termasuk pengaturan mengenai auto-rejection dan mekanisme trading halt jika volatilitas terus meningkat.
Para analis menyarankan agar investor tetap tenang dan tidak panik menghadapi tekanan pasar yang sedang berlangsung. Beberapa strategi yang disarankan antara lain:
Diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko penurunan harga saham di sektor tertentu.
Menghindari saham-saham spekulatif yang cenderung rentan terhadap fluktuasi pasar.
Mengamati kebijakan suku bunga dari Bank Indonesia dan The Fed sebagai sinyal pergerakan pasar selanjutnya.
(nsp)
Load more