Jerome Polin Sebut Uang dari Hasil Korupsi Pertamina Bisa Buat 1,937 Juta Orang Jadi Sarjana di Kampus Termahal: Masih Sisa!
- Tangkapan layar Instagram Jerome Polin
Jakarta, tvOnenews.com - Influenser sekaligus selebgram yang aktif di isu pendidikan Jerome Polin buka suara soal nilai hasil korupsi pada Pertamina.
Jerome Polin menyebut jika hasil korupsi pada Pertamina itu dipakai di dunia pendidikan, maka akan ada hasil yang luar biasa.
Hal itu disebutkan Jerome Polin dalam unggahan Instagram-nya.
Menghimpun keterangan Kejagung, PT Pertamina Patra Niaga diduga membeli Pertalite dan kemudian "diblending" menjadi Pertamax.
Pertalite tersebut, pada saat pembelian, dibeli dengan harga Pertamax.
"Dalam pengadaan produk kilang oleh PT Pertamina Patra Niaga, tersangka melakukan pembelian untuk Ron 92 (Pertamax), padahal sebenarnya hanya membeli Ron (90) (Pertalite) atau lebih rendah kemudian dilakukan blending di storage/depo untuk menjadi Ron 92," bunyi keterangan Kejagung.
Kejaksaan Agung (Kejagung) menyebut kerugian negara akibat dugaan korupsi dalam kasus tata kelola minyak mentah pada Pertamina mencapai Rp193,9 triliun.
Nilai kerugian negara itu terhimpung untuk tahun 2023 saja. Sementara dugaan kasus tersebut, berdasarkan berkas perkara, terjadi pada periode 2018-2023.
Alhasil, nilai hasil dari korupsi tersebut bisa lebih besar lagi.
- istimewa
Dengan nilai itu, Jerome Polin menghitung dengan perumpamaan biaya kuliah di perguruan tinggi negeri untuk jenjang S1 dalam waktu pendidikan empat (4) tahun adalah Rp100 juta.
Maka dengan menyandingkan dengan kerugian negara pada kasus korupsi Pertamina, maka jumlah mahasiswa yang bisa dikuliahkan dengan uang hasil korupsi itu adalah sebanyak 1.937.000 orang.
"Kalau ada Rp193,7 triliun, maka ada 1.937.000 orang yang bisa lulus kuliah S1," kata dia, dikutip Sabtu (1/3/2025).
Jerome Polin membayangkan, jika nilai korupsi itu adalah hanya satu tahun maka akan ada lebih banyak lulusan sarjana yang bisa dihasilkan dari lima tahun periode korupsi.
"Ini baru satu tahun guys," ucap dia.
Selain peluang menyekolahkan anak bangsa di perguruan tinggi, Jerome Polin juga menyoroti potensi lain, seperti pembangunan sekolah hingga waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan nilai kerugian negara tersebut jika dengan tarif nilai kebutuhan hidup di Indonesia. (vsf)
Load more