Keren Banget, Petani Kopi Binaan Freeport Indonesia Berhasil Produksi 1,2 Ton per Tahun
- Dok. Freeport
Jakarta, tvOnenews.com - Petani kopi yang bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia dan menjadi bagian dari Koperasi Produsen Amungme Gold Coffee (KPAGC) di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, menghasilkan biji kopi yang belum diproses dengan rata-rata sekitar 1,2 ton setiap tahunnya.
Sekretaris KPAGC Ishak Jawame di Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, pada hari Jumat, menyampaikan bahwa saat ini terdapat sekitar 170 petani kopi arabika dengan total luas area mencapai sekitar 39 hektare.
"Mereka tersebar di lembah dataran tinggi Amungme yang meliputi wilayah Tsinga, Hoea, Aroanop dan Banti Opitawak," katanya.
Ishak menambahkan bahwa KPAGC memiliki fasilitas produksi kopi sendiri, sehingga memberikan kemudahan bagi petani untuk menjual hasil panennya.
KPAGC telah mendirikan dan menjalankan Rumah Kopi Amungme Gold (RKAG) sejak 29 Juli 2022. RKAG berfokus pada sektor makanan dan minuman serta kopi kemasan.
RKAG mengoperasikan kafe yang terintegrasi dengan fasilitas pengolahan biji kopi. RKAG merupakan upaya untuk mendukung pengembangan kopi di dataran tinggi, di mana hasil panen dari petani diproses dan dipasarkan.
Sementara itu, Verdy Abdullah, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengembangan UMKM PT Freeport Indonesia, menjelaskan bahwa mereka mendukung petani mulai dari tahap menanam hingga proses pengolahan hasil.
"Melalui program pengembangan masyarakat, ada pembinaan dan pendampingan kepada petani kopi di dataran tinggi Mimika," kata Verdy.
Di sisi lain, Harony Sedik, Liaison Officer untuk Pengembangan Highland PT Freeport Indonesia, menjelaskan bahwa program budidaya kopi arabika di dataran tinggi Mimika telah dimulai sejak tahun 1998.
Harony, yang mendampingi petani kopi di daerah tersebut, menyebutkan bahwa pendampingan mencakup pembibitan, penanaman, perawatan, penyuluhan, dan pelatihan.
Pada tahun 2023, total bibit kopi arabika yang disebarkan di dataran tinggi mencapai 15.000 pohon.
Ia juga menyebutkan tantangan dalam pendampingan petani kopi, yaitu isu-isu terkait keamanan.
"Kami tidak bisa setiap saat memantau kegiatan petani dalam menangani tanaman kopi," katanya.
Ia menambahkan bahwa masalah transportasi juga menjadi hambatan dalam pengembangan usaha kopi di dataran tinggi.
"Pengangkutan hasil panen kopi hanya bisa melalui jalur udara, tidak bisa melalui jalur darat," kata Harony. (ant/nsp)
Load more