Jakarta, tvOnenews.com - Pelaku pasar keuangan menyambut positif pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang telah dilaksanakan pada Minggu (20/10/2024).
Pelaku pasar juga menyambut positif apabila Sri Mulyani Indrawati kembali ditunjuk sebagai Menteri Keuangan.
Menurut pelaku pasar, dua kejadian itu berpeluang menguatkan saham.
"Rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar obligasi terlihat menguat. IHSG berpeluang menguat dengan support di level 7.600 sampai level 7.521 dan resistance di level 7.800 sampai level 7.950," ujar Ekonom dan praktisi pasar modal Hans Kwee.
Sementara itu, dari mancanegara, Ia menjelaskan terdapat beberapa sentimen yang akan mempengaruhi sikap para pelaku pasar keuangan, di antaranya data ekonomi Amerika Serikat (AS), kebijakan European Central Bank (ECB), stimulus China, serta ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Dari AS, Ia menjelaskan bahwa data penjualan ritel dan klaim pengangguran AS lebih baik dibandingkan perkiraan.
"Data ekonomi AS yang lebih baik ini mendorong probabilitas pemotongan 25 basis poin (bps) pada pertemuan awal November 2024 meningkat," ujar Hans.
Lanjutnya, peluang pemotongan 44 bps sampai akhir tahun memiliki arti, bahwa kemungkinan November 2024 menjadi pemotongan terakhir pada tahun 2024, yang juga didukung potensi kemenangan Donald Trump pada Pemilihan Umum (Pemilu) AS pada November mendatang.
"Kebijakan Trump lebih agresif, mulai dari pemangkasan pajak, pelanggaran regulasi keuangan dan bisnis, perang tarif. Semua kebijakan ini mendorong inflasi lebih tinggi dan berimbas pada naiknya Yield obligasi serta dolar yang kuat," ujar Hans Kwee.
Dari Eropa, Ia menyebut bahwa kebijakan ECB untuk memotong suku bunga acuannya positif bagi pasar keuangan, namun ekonomi Eropa masih di bayang-bayangi perlambatan ekonomi.
Sementara itu, lanjutnya, stimulus dari China menjadi amunisi bagi penguatan pasar keuangan khususnya pasar saham, yang mana ekonomi China membutuhkan stimulus lebih besar untuk keluar dari masalah yang mereka hadapi.
"Harga minyak cenderung melemah setelah ekonomi China terlihat lemah, dan potensi perdamaian di konflik Timur Tengah. Kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar membuat potensi perdamaian menurun dan mendorong minyak cenderung naik," ujar Hans. (ant/vsf)
Load more