Karena hidup serba kekurangan, sejak belia, Bahlil sudah banting tulang mencari uang untuk membantu dapur keluarga. Bahkan, sejak SD ia sudah berjualan kue untuk membantu membiayai sekolahnya.
"Saya sekolah sejak SD sudah harus cari uang sendiri untuk sekolah dan bayar buku. SMP saya jadi kondektur angkota, SMA jadi sopir angkot, jualan ikan ke pasar juga," paparnya.
Tak ada pilihan bagi Bahlil saat itu. Suka tidak suka ia harus menjalaninya. Itulah satu-satunya cara agar ia dapat membantu ayah dan ibunya mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Kalau mau cerita tentang gimana masa tersulit, saya memang dari keluarga yang sederhana banget. Ibu saya hanya pembantu rumah tangga, ayah saya buruh bangunan gajinya cuma Rp7.500 per hari," kenang Bahlil.
Load more