Pahit Getir Masa Kecil Bahlil Lahadalia, dari Penjual Kue, Sopir Angkot hingga Menteri dan Ketum Partai: Jangan Ajari Saya Penderitaan
- ANTARA
"Jadi kalau ditanya kapan masa sulit, ya dari usia saya 0 sampai 26 tahun ya itu sulit," tuturnya.
Jadi Karyawan hingga Pengusaha
Bertahun-tahun dalam kondisi himpitan ekonomi membuatnya tersadar. Bahlil tak ingin selamanya menghadapi situasi sulit ini. Bekerja sebagai karyawan setamat kuliah tak kehidupannya lebih baik.
"Saya di semester 7 atau 8 itu sudah berpikir, 'Saya nggak mungkin begini terus. Kalau jadi karyawan kapan mengakhiri penderitaan ini'," batinnya saat itu.
Setelah menjadi karyawan, ia sempat menjadi direktur salah satu perusahaan konsultan keuangan. Namun satu setengah tahun kemudian ia memutuskan resign dan merintis perusahaan sendiri.
"Perusahaan itu naik turun juga. Mulai dari kayu, konstruksi, baru di tambang. Menurut saya pengusaha yang hebat itu bukan yang selalu berada di atas. Tapi yang hebat itu adalah pengusaha yang di atas, jatuh tapi bisa bangun lagi," ujar Bahlil.
"Jadi kalau sekarang orang bilang nanti kamu susah, jangan ajari saya tentang penderitaan, karena saya susah udah lama. Jadi kalau suatu saat kembali ke nol itu nggak rugi, itu balik modal," imbuhnya.
Sosok Paling Berjasa
Kesuksesan Bahlil Lahadalia tak lepas dari peran dan didikan ayah dan ibunya. Nilai-nilai kehidupan yang mereka tanamkan sejak dini menjadi pedoman Bahlil dalam meraih mimpi.
"Ayah dan ibu saya itu sekalipun mereka sederhana, tapi punya mimpi yg besar untuk anaknya harus sukses kuliah dan menjadi orang. Orang tua saya cuma sampai SMP. Tapi nilai-nilai yang ditanamkan kepada saya dan saudara itu melampaui batas orang-orang yang sekolah," pungkas Bahlil.
Ia mencontohkan sang ayah. Sosok pria tangguh yang dikenalnya pekerja keras dan bertanggung jawab.
"Contoh ayah saya pekerja keras, sakit pun tetap bekerja. Saya tanya kenapa? Dia bilang, 'Jadi ayah, jadi suami itu harus bertanggung jawab," kenang Bahlil.
"Ibu saya sekalipun sehari-hari mencuci pakaian orang, dia bekerja untuk menafkahi anak-anaknya. Itu ajaran yang mengekena ke batin saya. Pengalaman ayah ibu saya adalah sesuatu yang berharga bagi saya," imbuhnya.(nba)
Load more