Indonesia Solar Summit 2024: Luhut Ungkap Langkah Menuju Kemandirian Energi Lewat Penguatan Rantai Pasok Industri Modul Surya
- Istimewa
Selain itu, tambahan pembangkit listrik setelah 2030 hanya berasal dari pembangkit energi baru dan terbarukan. Mulai 2035 akan didominasi oleh variable renewable energy (VRE), salah satunya PLTS.
IESR Paparkan Rumusan untuk Dongkrak Rantai Pasok Industri Modul Surya
Di forum yang sama, Direktur Eksekutif Institute Essential for Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menyatakan, Pemerintah Indonesia baru saja menerbitkan aturan mengenai relaksasi TKDN.
Langkah ini dapat menjadi peluang mendorong permintaan modul surya untuk proyek-proyek kelistrikan. Namun demikian, apabila peraturan ini tidak dikelola dengan baik, hal ini berpotensi menggerus daya saing modul surya lokal yang harus berkompetisi dengan modul surya impor yang lebih murah dan kualitas lebih baik.
“Untuk itu, pemerintah perlu membantu produsen modul surya lokal dengan memberikan bantuan modal, pemberian insentif fiskal dan non-fiskal untuk mengurangi biaya produksi sehingga dapat bersaing dengan modul impor Selain itu perlu regulasi untuk menciptakan pasar domestik yang khusus (dedicated) untuk menyerap produksi mereka, sembari bekerja sama dengan produsen global untuk transfer teknologi,” ujar Fabby.
Ia menambahkan, untuk mengatasi tantangan pembangunan rantai pasok industri PLTS, pemerintah perlu campur tangan. Pengeluaran modal (capital expenditure) untuk membangun rantai pasok polysilicon, wafer, sel dan modul surya mencapai 170 hingga 190 juta dolar AS per Gigawatt (GW) kapasitas, ujarnya.
Ia menilai, untuk menarik investor dengan nilai investasi yang terbilang besar dan risikonya, pemerintah harus dapat merumuskan paket kebijakan dan insentif, baik pada di sisi industri dan penciptaan permintaan domestik.
Secara strategi, IESR mendorong bahwa di periode tahun 2024-2029, Indonesia setidaknya perlu mencapai, pertama, pabrikan modul surya domestik menggunakan sel surya produksi dalam negeri.
Kedua, komponen pendukung untuk sistem PLTS dapat diperoleh dari industri domestik.
Ketiga, produk modul surya domestik yang memiliki daya saing dari segi harga, kualitas, dan bankability untuk international project finance.
Keempat, kemandirian rantai pasok komponen PLTS. Kelima, menjadi produsen komponen pendukung yang memiliki pangsa pasar global.
Ollie Wilson, Pimpinan RE100, menyatakan sebagai organisasi yang menaungi industri yang berkomitmen menggunakan 100 persen energi terbarukan dalam proses produksinya, keberadaan rantai pasok komponen PLTS yang kuat dan terintegrasi akan membuka akses industri ke energi terbarukan dengan biaya yang lebih terjangkau.
Load more