Reuters Institute: tvOneNews.com Menempati Posisi Ke-4 sebagai Media Online Terpopuler di Indonesia Tahun 2024
- Reuters Institute
Jakarta, tvOnenews.com - Laporan terbaru Digital News Report 2024 dari Reuters Institute Study for Journalism, mengungkapkan sejumlah media online yang paling banyak digunakan oleh warga Indonesia pada awal tahun 2024.
Di antara banyaknya platform berita yang ada di Indonesia, tvOneNews.com berhasil menempati posisi keempat dengan 26% responden yang mengakses situs ini dalam sepekan.
Di posisi teratas, Detik.com memimpin dengan 50% responden, diikuti oleh Kompas.com dengan 39% dan Tribunnews dengan 28%. Sementara itu, CNN Indonesia online berada tepat di bawah tvOneNews.com dengan 25% responden.
Posisi keenam ditempati oleh Liputan 6 dengan 22% responden, diikuti oleh Metro TV News online (22%), Kumparan.com (17%), Tempo.co (15%), dan Seputar Indonesia News atau SINDOnews (13%).
Meskipun media online masih menjadi sumber berita utama bagi banyak orang, tim riset mengungkap bahwa orang Indonesia cenderung menggunakan media sosial sebagai platform untuk membaca berita. Tren ini semakin terlihat saat memasuki Pemilu 2024 pada Februari lalu.
Selain perubahan dalam kebiasaan konsumsi berita, tim riset juga mengungkapkan tantangan yang dihadapi oleh media tradisional di Indonesia.
Penurunan pendapatan iklan dan persaingan dari situs belanja daring seperti Shopee dan Tokopedia menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kesulitan tersebut.
Berpacu dengan “banjir bandang” informasi dari media sosial
Berdasarkan riset Reuters, platform media sosial seperti WhatsApp, YouTube, Facebook, dan Instagram sangat populer di kalangan pengguna di Indonesia.
Reuters mencatat bahwa 60% orang Indonesia melaporkan mendapatkan berita dari platform media sosial.
Dari jumlah tersebut, TikTok khususnya memperoleh popularitas sebagai sumber berita, melonjak 7 poin persentase dari 22 menjadi 29%.
WhatsApp terus mendominasi sebagai platform media sosial secara keseluruhan untuk penggunaan apa pun.
"Karena popularitas media sosial sebagai sumber berita, banyak perhatian telah diarahkan pada perannya dalam menyebarkan disinformasi, propaganda politik, 'hoaks', dan ujaran kebencian," kata Janet Steele, Profesor Media dari George Washington University dalam laporan Reuters.
Janet memberi contoh, COVID-19 telah menyebabkan banjir misinformasi luar biasa. Hal itulah yang membuat pemilihan presiden juga menimbulkan kekhawatiran luas mengenai penggunaan akun otomatis dan komentator berbayar, yang secara lokal dikenal sebagai 'buzzer', untuk mempromosikan berbagai kepentingan politik.
Load more