PT Dirgantara dan Intercrus Aero Indonesia Kerja Sama Bangun Mobil Terbang Canggih, Khusus untuk Perkotaan dan IKN
- Instagram @airspacereview
Jakarta, tvOnenews.com - PT Dirgantara Indonesia (DI) menyepakati kerja sama dengan PT Intercrus Aero Indonesia untuk mengembangkan mobil terbang.
Kerja sama serius tersebut dimulai dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Gedung Pusat Management (GPM) PT DI Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
PT Intercrus Aero Indonesia merupakan start-up bidang penelitian dan pengembangan dan manufaktur pesawat Vertical Take-Off and Landing (VTOL) elektrik pada sektor Advanced Air Mobility (AAM).
Kerja sama yang dilakukan antara PT DI dan Intercrus meliputi soal pengembangan, sertifikasi, manufaktur dan komersialisasi produk AAM, yang bernama Pesawat Intercrus Sola.
"Dasarnya adalah complementary, apa yang menjadi kekuatan Intercrus dan apa yang menjadi kekuatan PT DI kita satukan, untuk kita wujudkan jadi produk nyata yang marketable," kata Direktur Utama PT DI Gita Amperiawan, dikutip Jumat (14/6/2024).
Kerja sama yang ditandatangani oleh Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan PTDI Moh Arif Faisal, dengan Founder & CEO PT Intercrus Aero Indonesia Jeremy Hasian Saragih, mempertimbangkan berbagai potensi yang ada.
"Intercrus memiliki tim anak muda yang punya visi merancang suatu pesawat, sementara PT DI punya banyak pengalaman bidang industrial, dari desain, sertifikasi, hingga produksinya, termasuk terkait pembiayaan. Bersama-sama kita akan lakukan penetrasi market," ujarnya.
Pesawat Intercrus Sola merupakan pesawat Vertical Take-Off Landing (VTOL) elektrik dengan kapasitas empat penumpang dan memiliki daya angkut 1.200 kg, yang akan memungkinkan perjalanan 9-10 kali lebih cepat dibandingkan mobil.
Pesawar ini dengan memiliki jarak tempuh 100 km di area perkotaan, serta kecepatan maksimal 150 km/jam.
"Produk yang akan dikembangkan bersama PT Intercrus Aero Indonesia ini dapat membantu mengatasi masalah kemacetan lalu lintas di wilayah metropolitan, mengurangi waktu transit dan meningkatkan efisiensi ekonomi."
"Hal ini juga tentunya dapat memberikan nilai tambah teknologi dan peningkatan kemampuan engineering PTDI," ucap Gita.
Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam proyek tersebut, kata Gita, akan banyak dan tinggi, karena ekosistem manufaktur mulai dari desain hingga materialnya dilakukan di dalam negeri.
Load more