Jakarta, tvOnenews.com - Hadirnya artificial intelligence atau AI telah sejak lama diwanti-wanti akan dapat menggantikan peran manusia dalam beberapa pekerjaan.
Hal itu nyatanya juga dibenarkan oleh Asisten Deputi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja (PPTK) Kemenko Bidang Perekonomian, Chairul Saleh, beberapa jenis pekerjaan yang akan tergantikan oleh kecerdasan buatan atau AI.
“Yang jelas pertama, pekerja yang sifatnya rutin dan berulang gitu ya. Terus kemudian sifatnya administratif gitu," ujar Chairul Saleh di hadapan media.
"Itu sudah pasti akan tergantikan, karena semua sudah bisa terbaca oleh algoritma,” imbuhnya.
Lebih lanjut, anak buah Airlangga Hartarto itu mengungkapkan contoh profesi beberapa profesi yang bisa tergantikan oleh AI.
Misalnya saja adalah pengemudi atau driver yang kemungkinan dapat tergantikan dengan adanya inovasi autopilot dalam kendaraan listrik (EV).
Dalam hal ini, contohnya saja adalah perusahaan Tesla yang sudah menyematkan teknologi navigasi otomasi dalam unit EV miliknya.
Adapun berdasarkan data World Economic Forum, beberapa bidang pekerjaan yang terancam hilang meliputi data entry, administrative, executive secretary, accounting, clerk, assembly workers, business services, administration manager, client information and customer service, general and operation manager, mechanic and machinery, dan headliner.
Untuk mengantisipasi hal tersebut tersebut, Chairul menjelaskan perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengoperasikan teknologi.
“Tesla misalnya, itu navigasinya sudah otomatis. Itu mungkin pekerjaan-pekerjaan driver, untuk itu besok bisa hilang, sementara manusia kan tetap ada," ujar Chairul Saleh.
"Tenaga kerja tetap ada untuk bisa kita harus persiapan mereka untuk shifting gitu, dari biasa dia bekerja secara konvensional dan dia bisa menerapkan teknologi itu sendiri untuk bisa di-apply di pekerjaannya,” tambahnya.
Ke depan, pekerjaan yang bergerak di bidang AI seperti pemrograman dan komputasi akan menjadi jenis pekerjaan yang akan terus berkembang ke depannya.
Sebut saja seperti data analyst, AI specialist, big data specialist, digital marketing, strategy specialist, process automatization specialist, business development professional, digital transformation specialist, information security analysis, software and application developer, dan IoT specialist.
“Ini nggak bisa hindari gitu karena pemerintah sendiri kan mendapatkan benefit juga dari ekonomi digital," tutur Chairul.
"Di sini tadi disampaikan di awal bahwa kontribusi ekonomi digital kita juga cukup cukup besar ya untuk growth ekonomi kita,” ungkapnya.
Sebagai informasi, ekonomi digital Indonesia saat ini baru menyumbang sekitar 4 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) negara.
Angka tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang ekonomi digitalnya menyumbang sekitar 19 persen dari PDB.
Untuk itu, Indonesia menargetkan ekonomi digitalnya dapat berkontribusi sebesar 18 persen dari total PDB negara pada 2030. (ant/rpi)
Load more