Jakarta, tvOnenews.com - Bank Indonesia (BI) mengembangkan varietas padi Gamagora 7 di wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Berry Arifsyah Harahap menyampaikan harga beras terus naik cukup tinggi sejak 2023 sampai awal 2024 akibat perubahan iklim.
"Hal ini menyebabkan inflasi meningkat," ujar Berry saat penanaman perdana varietas Gamagora 7 di Desa Pengembur, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Kamis (16/5/2024).
Padi Gamagora 7 atau Gadjah Mada Gogo Rancah 7 adalah varietas yang dikembangkan oleh Fakultas Pertanian UGM.
Keunikan padi ini adalah bisa ditanam baik di lahan basah maupun kering. Oleh karena itu, padi ini dijuluki sebagai padi amphibi karena memiliki karakter unggul adaptif terhadap perubahan iklim.
Oleh sebab itu, Bank Indonesia berkolaborasi dengan petani melakukan pengendalian inflasi melalui proyek peningkatan produksi ketahanan pangan dengan mengembangkan varietas Gamagora di NTB.
"Harga beras ini berdampak besar terhadap inflasi, ini harus ditaklukkan dengan teknologi dan inovasi," kata Berry.
Lebih lanjut, pengembangan varietas padi dinilai tidak hanya untuk menjaga inflasi.
Tetapi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Petani di NTB dianggap sangat berperan dalam menjaga inflasi nasional, karena menjadi salah satu daerah lumbung pangan nasional.
"Produksi varietas ini cukup baik, sehingga bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat," katanya.
Terpisah, Wakil Bupati Lombok Tengah HM Nursiah membeberkan bahwa program penanaman Padi Gamagora 7 diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan mendukung ketahanan pangan nasional.
"Saya berharap kepada para petani untuk melaksanakan program ini dengan baik," kata Nursiah.
Diketahui, luas pertanian di Lombok Tengah mencapai 52 ribu hektare dengan produksi beras mencapai 350 ribu ton selama setahun.
"Kebutuhan beras di Lombok Tengah mencapai 135 ribu ton. Artinya kita surplus beras 190 ribu ton," imbuhnya.
Salah satu kendala yang dihadapi para petani adalah masalah pupuk, air dan harga gabah saat panen yang dinilai rendah, sehingga begitu nilai tinggi petani menjual padi langsung kepada pengusaha.
"Hal ini menjadi tugas kita untuk memberikan pembinaan dan pengawasan, agar petani kita tetap sejahtera," pungkas Nursiah. (ant/rpi)
Load more