Pati, Jawa Tengah - Mahalnya harga kapuk randu dan sulitnya mendapatkan kapuk karena termasuk musiman, membuat perajin bantal, guling dan kasur di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, beralih menggunakan kapuk sintesis dari kain perca limbah pabrik konveksi yang digiling. Banyaknya permintaan kapuk sintetis karena harganya yang jauh lebih murah dibanding bahan kapuk randu, membuat perajin kapuk sintetis di Pati kebanjiran pesanan.
Pasalnya, selain harganya lebih terjangkau, kapuk sintesis dari limbah kain perca sisa pabrik konveksi juga mudah didapatkan. Di daerah Pati, ketersediaan kapuk randu saat ini mulai langka. Dari situlah para perajin bantal guling dan kasur di Pati mulai beralih menggunakan kapuk sintetis sebagai bahan isian pengganti kapuk.
Salah seorang perajin kapuk sintetis di Desa Kedungbulus, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Muryati, mengatakan selain sulit didapatkan karena tergantung musim panen, kapuk juga mengalami kenaikan harga. Harga kapuk dari sebelumnya Rp 18.000,- menjadi Rp 22.500,- per kilogram. Hal tersebut yang menjadi alasan para perajin bantal kasur dan guling beralih ke kapuk sintetis karena harganya yang jauh lebih murah, yakni sekitar Rp 4.000,- hingga Rp 5.000,- per kilogram, tergantung warna dan jenis kain perca.
“Harga kapuk yang sudah jadi (gak ada klotoknya lagi) saat ini mencapai Rp 22.500, sedangkan dulu sebelum ada kenaikan itu harganya Rp 8.000,- . Sehingga saat ini para perajin kasur bantal guling banyak yang beralih ke kapuk sintetis yang terbuat dari kain perca yang digiling sehingga menyerupai kapuk,” kata Muryati, Jumat (10/12/2021).
“Mereka memilih menggunakan kapuk sintetis sebagai pengganti kapuk dikarenakan selain mahal karena pohon kapuk sekarang mulai langka karena banyak yang ditebang, harga kapuk sintetis juga jauh lebih murah yakni untuk dakron warna, saya jual Rp 3.700,- dan yang warna putih saya jual Rp 4.700,- sampai Rp 5.000,- per kilogram,” tambah Muryati.
Selain itu, kualitas kapuk sintesis yang lebih baik dibandingkan kapuk randu, membuat perajin bantal, kasur dan guling kini banyak yang beralih ke kapuk sintetis.
“Kualitas kapuk sintetis tidak kalah sama kapuk randu, justru kapuk sintetis minim debu dibandingkan dengan kapuk randu yang semakin lama semakin rapuh,” pungkasnya.
Banyaknya permintaan kapuk sintetis karena harganya yang jauh lebih murah dibanding bahan kapuk randu membuat muryati kebanjiran pesanan. Dalam sehari Muryati mengaku bisa mengolah kain perca limbah garmen menjadi kapuk sintesis minimal 1,5 ton. Karena terkendala sulitnya mendapatkan bahan baku kain perca jenis polyester, Muryati kini hanya mampu melayani pesanan dari para perajin bantal, kasur dan guling di wilayah Kabupaten Pati saja. (Abdul Rohim/dan)
Load more