Pati, Jawa Tengah - Hasil panen petani kopi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, di akhir tahun 2021 ini meningkat hingga 30 persen dibandingkan panen tahun lalu. Di tahun 2021 ini, hasil panen kopi per hektar meningkat dari 700 kilogram menjadi 1 ton lebih.
Jika tiga bulan lalu harga kopi sekitar sembilan belas ribuan per kilogram, harga kopi ditingkat petani terus merangkak naik dan kini menyentuh harga Rp24.000 per kilogram, bahkan lebih tergantung jenis dan kualitas kopi.
Namun, melonjaknya harga kopi ditingkat petani ini tidak diikuti dengan naiknya jumlah penjualan. Permintaan biji kopi justru menurun akibat tingginya harga kopi.
Salah seorang petani kopi jenis robusta asal Dukuh Pangonan, Desa Tlogosari, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Mohammad Riyadi, mengaku penjualan kopi hasil panennya terus menurun seiring dengan naiknya harga jual kopi. Harga tinggi yang tidak diimbangi dengan meningkatnya permintaan kopi inilah yang membuat stok kopi hasil panen petani masih melimpah.
“Kapasistas panen saya untuk tahun ini ada kenaikan sekitar 30 persen, tahun lalu saya panen sekitar 700 kilogram dan sekarang hampir satu ton. Untuk harga kopi dari petani 24 ribu rupiah ada yang lebih juga, sebelumnya harganya kisaran 20 ribu rupiah terus merangkak sampai saat ini 24 ribu rupiah, " kata Muhamad Riyadi, kamis (2/12/2021).
"Penjualan justru turun karena harganya yang terlau tinggi. Tapi dari pihak petani bersyukur karena harganya yang bagus dibandingkan tahun lalu yang hanya kisaran 19 ribu hingga 20 ribu rupiah,” lanjut Riyadi
Naiknya harga kopi ditingkat petani ini dikeluhkan oleh penjual minuman kopi, karena keuntungan penjualan minuman kopi menjadi berkurang.
“Dengan harga dari petani 24 ribu itu bagi kami pedagang kopi sangat memberatkan. Menurut kami dengan harga 20 ribu per kilogram kami bisa balik modal, tapi dengan harga kopi 24 ribu rupiah per kilogram mepet sekali untuk balik modal,”keluh Ahmad Salam, salah seorang Penjual kopi angkringan di Desa Trangkil, Pati.
Menurunnya penjualan kopi ini tidak hanya dirasakan oleh petani kopi di Dukuh Pangonan, Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu, yang selama ini dikenal sebagai sentra penghasil kopi di Pati, namun juga dirasakan oleh para petani kopi di lereng pegunungan muria.
Para petani kopi di lereng Pegunungan Muria berharap penjualan kopi bisa kembali normal sehingga stok hasil panen tidak menumpuk dan uang hasil panen bisa kembali digunakan untuk biaya perawatan dan pemupukan tanaman kopi.(Abdul Rohim/Buz)
Load more