“Jadi bukan Indonesia yang menyambungkan ke Brunei tapi dari Malaysia. Sedangkan dengan Filipina, kami lihat di bagian selatan yang interkoneksinya melalui Sulawesi Utara,” katanya.
Interkoneksi listrik itu juga mendorong pemanfaatan transisi energi menuju lebih bersih menyesuaikan dengan potensi wilayah misalnya di Kalimantan antara Indonesia dan Malaysia yang menyimpan potensi energi hidro sebagai energi terbarukan.
Begitu juga dengan Filipina, kata dia, memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yakni geotermal.
“Kalau konektivitas basisnya energi fosil, pikiran saya, fosilnya saja yang dikirim, tidak perlu membuat jaringan karena geotermal tidak bisa dipindah, tapi minyak atau batu bara itu yang dikirim menggunakan kapal ke Filipina seperti yang terjadi sekarang,” katanya.
Senada dengan Dadan, Ketua Forum Bisnis Energi ASEAN (AEBF) 2023 Andy Tirta menjelaskan interkonektivitas listrik beberapa negara (sub region) di kawasan Asia Tenggara itu sudah dilakuan pada 2022 antara Laos, Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Interkonektivitas itu pun membuka investasi termasuk investasi di sektor energi bersih di kawasan.
Load more