Warkop di Yogyakarta Sediakan Makan Gratis Serta Shelter dan Biaya Perpanjangan Kos bagi Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera
- Tim tvOne - Sri Cahyani Putri
Yogyakarta, tvOnenews.com - Sebuah warung kopi (warkop) di Yogyakarta melakukan langkah solidaritas dengan memberikan program bantuan bagi mahasiswa asal Sumatera yang terdampak bencana alam di wilayah asalnya.
Program ini mencakup penyediaan makan minum gratis, serta dukungan biaya perpanjangan kos dan shelter tempat tinggal bagi mahasiswa yang terpaksa harus berpindah tempat tinggal akibat situasi darurat ini.
Pemilik Warkop Perdjuangan, Krishna Wijaya mengatakan, inisiatif ini lahir dari semangat gotong royong untuk membantu mahasiswa perantau yang menghadapi problem finansial saat terjadi bencana di kampung halamannya.
Apalagi dari segi finansial, mereka masih mengandalkan biaya yang dikirimkan oleh orang tuanya. Sedangkan, banjir bandang dan tanah longsor yang meluluhlantakkan Aceh dan sejumlah wilayah di Sumatera membutuhkan pemulihan yang cukup lama. Karena itu, ia kemudian tergerak untuk membantu mereka.
"Di hari pertama bencana itu, kita langsung gratiskan makan minum untuk teman-teman mahasiswa di daerah terdampak. Mereka bisa akses kapanpun, mulai jam 9 sampai jam 21.00 WIB," kata Krishna ditemui di warkopnya yang berlokasi di Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Senin (8/12/2025).
Ia menyampaikan bahwa mahasiswa yang berasal dari tiga wilayah terdampak bencana tersebut dapat mengakses makan dan minum secara gratis tanpa harus menunjukkan identitas seperti Kartu Tanda Penduduk.
"Tanpa syarat, mereka mau akses pagi, siang, malam pun gak ada masalah bagi kami. Average harganya (makan dan minum) cukup terjangkau Rp 15 - 19 ribu," ucap Krishna.
Rencananya, program penyediaan makan minum gratis ini masih akan berlangsung hingga akhir 2026 bahkan tidak menutup kemungkinan diperpanjang.
"Untuk makan minum ini, mereka bisa akses kapanpun sampai 31 Desember. Tapi ini tentatif ya, masih bisa diperpanjang," ujarnya.
Dalam perkembangannya, Warkop Perdjuangan juga menyediakan biaya perpanjangan kos maupun shelter tempat tinggal bagi mereka. Program ini disediakan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh mahasiswa terdampak bencana di luar masalah logistik.
"Karena ada yang cicilannya sudah jatuh tempo, harus dibayarkan. Ada lagi yang memang kosnya sudah terlalu mahal, sedangkan kemampuan finansial orang tua yang sekarang terhenti. Jadi problem-problem kayak gitu kita capture," terang Krishna.
Sejak dirilis pada (6/12/2025) lalu, ada sekitar 11 mahasiswa yang mengantre untuk menggunakan fasilitas perpanjangan kos. Dari jumlah tersebut, ada lima mahasiswa yang sudah terkaver.
Terkait dengan program ketiganya, Krishna menyebut, sudah ada enam shelter kos yang sudah dinegosiasikan dengan si pemilik kos. Kebetulan para pemilik kos tersebut punya concern sosial yang sama dengannya untuk membantu para mahasiswa terdampak.
"Kita udah rundingan, mereka (pemilik kos) mau bantu untuk menampung mahasiswa terdampak dengan spesial price. Misalnya dari harga Rp 700 ribu didiskon jadi Rp 500 ribu. Terus yang Rp 500 ribu jadi Rp 300 ribu. Itu baru satu orang yang mendaftar," tuturnya.
Adapun, shelter kos tersebut berada di utara Amikom, barat UMY wilayah Kasihan, Deresan dan kawasan dekat Jogja City Mall. Dengan demikian, para mahasiswa tetap bisa bertahan selama menjalani masa pendidikannya
Di lokasi yang sama, Nur Ismi selaku mahasiswi asal Langsa, Aceh mengetahui fasilitas makan minum gratis ini dari media sosial. Ia pun mengaku cukup terbantu dengan adanya program ini.
"Tahu di warung ini (Warkop Perdjuangan) ada program makan gratis dari internet, Instagram sama info-info dari teman. Jadi ya cukup terbantu," ucapnya.
Mahasiswi Universitas Cendekia Mitra Indonesia itu kemudian menceritakan kondisi mencekam yang melanda daerah asalnya tersebut. Bahkan, ia sempat putus hubungan dengan orang tuanya selama delapan hari.
"Cerita awal, tahu keadaan disana, ya pastinya sedih kepikiran orang tua enggak ada kabar sama sekali. (Lost contact) hampir 8 hari, baru ada kabar kemarin karena listrik juga nggak ada. Misal mau menghubungi orang tua memang nggak bisa, mau nelpon siapapun memang nggak ada," ucapnya.
Namun demikian, ia akhirnya bersyukur karena orang tuanya selamat dari bencana alam ini.
"Alhamdulillah (orang tua) selamat," ungkap Ismi dengan raut wajah bahagia. (scp/buz)
Load more