Meriahkan HUT ke-80 RI, Lebih dari 100 Orang di Yogyakarta Ikuti Lomba Melamun, Mikir Jodoh Hingga Kehidupan
- Tim tvOne - Sri Cahyani Putri
Yogyakarta, tvOnenews.com - Lebih dari 100 orang berpartisipasi untuk mengikuti lomba melamun yang berlangsung di Kotagede, Kota Yogyakarta, Senin (18/8/2025) sore.
Perlombaan unik ini diselenggarakan dalam rangka turut memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam perlombaan ini, para peserta hanya duduk di atas matras dan beralasakan tikar yang telah disediakan oleh panitia selama kurang lebih 90 menit. Rupanya, ajang ini cukup memantik masyarakat baik dari Yogyakarta maupun luar daerah.
Satu di antaranya Intan (31) warga asal Sleman. Perempuan yang berprofesi sebagai karyawan swasta mengaku, awalnya mengikuti lomba melamun karena penasaran.
Menurutnya, lomba melamun ini menjadi wadah bagi orang-orang yang seringkali merasakan berpikir secara berlebihan atau overthingking. Mengingat selama ini, juga belum ada ajang perlombaan melamun.
"Saya terimakasih sama penyelenggaranya yang sekreativitas ini sampai kepikiran melamun dijadikan lomba. Tadi yang dilamunin masalah hidup ada a sampai z," kata Intan.
Hanya saja, menurutnya, waktu yang disediakan untuk lomba melamun cukup lama.
"Ke depan, kalau dijadikan lomba 17 Agustusan, waktunya terlalu lama bisa 1 jam 45 menit," ucapnya.
Namun demikian, ia berharap peserta lomba melamun semakin banyak jika ajang ini kembali diselenggarakan pada HUT Kemerdekaan RI di tahun mendatang.
Peserta lomba melamun lainnya, Fitri menyebut, lomba melamun menjadi wadah untuk memikirkan beratnya kehidupan yang sedang dialaminya.
"Kebetulan lagi putus sama mantan. Juga lagi banyak kegiatan koas disini (Yogyakarta)," ucap Intan.
"Cocok untuk bengongin masa depan, kita mau jadi apa. Setelahnya langkah apa yang harus aku ambil setelah selesai pendidikan. Juga mikirin jodoh karena kehidupan gak ada yang tahu," tambahnya.
Mahasiswi asal Bukitinggi, Sumatera Barat berharap perlombaan unik ini bisa kembali diselenggarakan di tahun-tahun berikutnya. Karena ia melihat antusiasme peserta untuk mengikuti lomba lumayan tinggi.
"Saran saja, lokasinya kalau bisa di tempat yang lebih teduh. Juga ditambah tenant jajanan, booth yang menarik seperti photo booth," kata Fitri.
Sementara itu, Primas Trijati selaku perwakilan Tamasya Karsa menyampaikan bahwa lomba melamun ini digelar atas inisiatif dari para komunitas lokal yang ada di Kotagede seperti Lokanusa, Tamasya Karsa dan Life at Kotagede.
Selain itu, lomba melamun ini sebenarnya bukan kali pertama digelar. Lomba serupa sudah pernah diadakan di daerah lain yang ada di Indonesia. Namun demikian, pihaknya lebih terinspirasi dari Jepang. Karena disana, mereka punya acara dengan alat ukur detak jantung.
"Jadi lebih kayak secara biologis terukur. Kita mencoba mengadopsi itu dengan lebih manual. Ternyata antusiasme orang-orang cukup baik. Di era sekarang ini yang dituntut serba cepat, kebut-kebutan, mungkin jeda sejenak menjadi wadah melamban," tutur Primas.
Hanya dengan membayar Rp 20.000, para peserta akan mendapatkan sejumlah fasilitas mulai dari bantal lesehan, nomor dada, sharing teh poci, es teh rempah dan snack, dokumentasi lusyu dan free cetak KTP.
"Mereka akan memperebutkan kategori yakni si paling ekspresionis dan si paling bertahan lama," ucapnya.
Mulanya, panitia tidak memiliki ekspetasi lebih jika perlombaan ini memantik perhatian banyak orang untuk mengikutinya.
"Awalnya, (peserta) kita pengin 20 orang. Namun faktanya yang ikut sekitar 110-120 an orang. Ada yang dari luar daerah seperti Jakarta, Magelang, Malang," kata dia.
Lewat lomba melamun ini, panitia juga kepengin mengeksplor cagar budaya bernama Benteng Cempuri yang merupakan sejarah Kota Gede. (scp/buz)
Load more