Terkait kebijakan tersebut, Hiswana Migas DIY hanya sebagai pelaksana. Setelah kebijakan diterapkan, Iwan menyebut kondisi masih normal alias belum terimbas secara massif hingga terjadi panic buying.
Bahkan dari sisi stok bisa dikatakan masih aman dan pengiriman sesuai dengan kuota pengiriman. Sehingga tidak ada pengurangan kepada pangkalan yang ada di DIY. Pihaknya juga berkoordinasi dengan Pemda DIY dan Pertamina apabila terjadinya perubahan atau peningkatan.
"Semuanya sudah terkondisikan dengan baik. Memang ada sedikit kenaikan jumlah permintaan karena adanya panic buying di beberapa daerah sehingga mempengaruhi psikologi masyarakat. Tetapi, alhamdulillah di DIY tidak terjadi panic buying dan masih bisa di cover dengan alokasi LPG di pangkalan yang tersebar di rayon DIY saat ini." terangnya.
Berdasarkan data Hiswana Migas DIY kuota gas melon di DIY sekitar 165 ribu tabung per hari. Sehingga dari sisi stok dan jumlah pangkalan dinilai sudah bisa mengcover untuk distribusi ke konsumen tingkat akhir dengan harga sesuai HET yang telah ditetapkan untuk pangkalan sebesar Rp 18.000 per tabung isi.
Pihaknya sekaligus meminta agar kebijakan tersebut disosialisasikan terlebih dahulu supaya masyarakat paham dan tidak panik seperti pembelian LPG 3 kg di pangkalan menggunakan NIK yang awalnya sulit setelah ada sosialisasi jadi mudah dengan tujuan akhir subsidi tepat sasaran.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan kebijakan awal dibuat untuk mengendalikan harga LPG 3 kg yang kerap mengalami lonjakan di tingkat pengecer. Namun, setelah melihat dampak kebijakan ini di masyarakat, Presiden Prabowo Subianto turun tangan dan menginstruksikan agar pengecer kembali diizinkan menjual gas melon.
Terbaru Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengumumkan pengecer LPG 3 kg dapat kembali beroperasi mulai Selasa (03/02). Namun, pengecer tersebut kini berganti nama menjadi sub-pangkalan.
Load more