Festival Gamelan Diikuti 20 Kelompok Pengrawit dan Masyarakat se DIY
- tvone
Yogyakarta, DIY - Badan Kebudayaan Nasional (BKN) DIY menyelenggarakan festival gamelan sejak 23 Januari sampai 29 Mei 2022. Festival gamelan bertajuk Jaga Rasa Kanggo Bangsa ini diadakan secara bauran atau hybrid di Rumah Budaya kantor DPD PDI Perjuangan DIY setiap Minggu malam.
Secara daring, festival gamelan Jaga Rasa Kanggo Bangsa ini bisa disaksikan di YouTube Channel milik Media PDI Perjuangan DIY atau https://bit.ly/jagarasa01.
Festival gamelan Jaga Rasa Kanggo Bangsa diikuti 20 kelompok karawitan di empat kabupaten dan kota di DIY. Selain itu, kelompok karawitan dari siswa-siswi SMKI Yogyakarta juga akan tampil. Tidak hanya karawitan, festival gamelan ini juga akan menyuguhkan penampilan yang lebih kontemporer dengan kelompok orkestra gamelan dari mahasiswa dan alumni ISI Yogyakarta.
Para penyaji dalam festival gamelan ini akan menampilkan karya klasik, dolanan serta aransemen dan komposisi baru.
“Diharapkan dengan diselenggarakannya festival ini akan semakin tumbuh generasi pelestari dan pengembang musik gamelan,” ujar Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY Totok Hedi Santosa.
Terlebih, UNESCO dalam sidang komite pada 1 sampai 5 Desember 2019 di Paris, telah mengakui dan menetapkan gamelan sebagai warisan budaya tak benda asal Indonesia.
“Tentu ini sesuatu yang pantas disyukuri dan sangat membanggakan. Sebagaimana kita bangga pada pengakuan UNESCO pada warisan budaya asal Indonesia seperti wayang kulit, batik, keris, noken, tiga genre tari bali, pinisi, angklung, pencak silat, tari Saman,” ucapnya.
Menjadi sebuah Jalan Budaya, gerakan ini merupakan gotong royong bersama masyarakat budaya dan masyarakat luas untuk menggairahkan kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang agar Indonesia menjadi semakin bangga pada jati dirinya sebagai bangsa.
Ia juga tidak menampik upaya ini tidak mudah sebab ada berbagai tantangan dan hambatan. Namun, ia meyakini, sekalipun jarang diberitakan, aktivitas nggamel banyak didapati di pelosok-pelosok kampung.
“Memang, generasi muda banyak yang tidak tertarik dalam aktivitas tersebut. Justru hal tersebut yang menarik perhatian kami untuk secara berkelanjutan mengadakan festival agar mereka tertarik melakukannya. Karena tak kenal maka tak sayang,” tutur Totok.
Load more