Altingia menambahkan bahwa kearifan lokal dan budaya masyarakat dalam menjaga sumberdaya alamnya menjadi pegangan bagi bangsa ini dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan. “Struggle terbesar kita adalah bagaimana menanam kepedulian ini. Karena bila rasa peduli tidak ada maka tidak akan orang mengambil aksi, dan kalau aksi tidak diambil tidak ada perubahan nyata yang terjadi”, tegas Altingia.
Para pemimpin agama menggunakan ajaran agama dan kearifan lokal dalam memengaruhi cara pikir orang melalui ajaran religius untuk peduli lingkungan.
“Salah satu tujuan kegiatan ini adalah mensosialisasikan krisis iklim kepada masyarakat secara luas untuk peduli lingkungan, terutama anak muda, karena mereka yang dapat merubah habbit-habbit mereka agar kita bisa mencapai tujuan kita dalam 20 tahun ke depan, seperti yang kita ketahui bersama pemerintah telah menetapkan program jangka Panjang blue economic roadmap 2025-2045 terkait sustainability, untuk meningkatkan Gross Domestic Product (GDP), yang menjadi indicator untuk mengukur kondisi perekonomian negara namun juga mensejahterakan masyarakat dan lingkungan”, sambung Altingia.
Senada hal itu, Founder Tempat Pulang Foundation dan Kembali Pulang, Mida mengatakan acara ini bisa membangun kesadaran lebih banyak orang lagi, bagaimana hal kecil bisa membantu menjaga lingkungan sekitar, mukai dari bijak berkonsumsi, mulai memikirkan ulang apa yang kita beli dan gunakan setiap hari.
"Jangan membeli sesuatu hanya karena lucu atau kita ingin. Keputusan kita atas apa yang kita pakai dan gunakan, bukan hanya berdampak pada diri kita, tapi juga bumi dan manusia,,“ pesan Mida,
“Hari ini adalah panggilan untuk bertindak. Mari sama-sama lakukan langkah-langkah nyata demi menjaga keindahan alam Indonesia. Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia! Ayo tanam pohon, kurangin sampah dan promosikan energi terbarukan untuk masa depan yang lebih cerah, bersih dan berkelanjutan”, kata Rahmi Y dari Yayasan Arra.
Load more