Sumatera Utara Masuk 5 Besar Stunting dengan Kondisi Memprihatinkan
- Sri Gustina/tvOne
Medan, Sumatera Utara - Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 membuktikan kondisi stunting di Sumatera Utara sangat memprihatinkan.
Tercatat 13 dari 33 kabupaten dan kota berstatus merah alias memiliki prevalensi stunting di atas angka 30 persen.
Sumatera Utara berada di peringkat lima besar provinsi di Indonesia dengan jumlah balita stunting atau kerdil terbanyak setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten.
Tingginya angka stunting di Indonesia membuat sekumpulan dokter termasuk dokter ahli, guru besar, ahli gizi dan dosen di Sumatera Utara bersatu dalam Yayasan Cahaya Peduli Semesta Indonesia (YCPSI) mendukung program pemerintah dalam percepatan penurunan angka stunting.
"Mengedukasi masyarakat Nias bagaimana membuat makanan bergizi secara sederhana dengan memanfaatkan kearifan lokal seperti ikan, telur dan sayuran di sekitar rumah dengan pendekatan bahasa daerah Nias agar mudah dimengerti. Masih banyak masyarakat Nias yang belum mengerti bahasa Indonesia," kata Ketua Umum Yayasan Cahaya Peduli Semesta Indonesia Cashtry Meher, Sabtu (2/7/2022).
Terkait hal itu, buku berjudul Da ta'uduni wa'akõ'õfõ atau Ayo Kita Melawan Stunting diberikan secara gratis kepada masyarakat Nias. Buku ini berisikan mengenai pentingnya gizi untuk tumbuh kembang anak.
Sebanyak 310 anak menderita stunting di Gunung Sitoli. Sementara itu, untuk penanganan masalah stunting, RSUD Gunung Sitoli masih kekurangan dokter.
Di Nias Barat, angka stunting cukup tinggi, yaitu 27,9 persen. Angka itu jauh di atas rata-rata nasional (24,4 persen) dan rata-rata Provinsi Sumatera Utara (25,8 persen).
"Minimnya akses transportasi menjadi salah satu kendala. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan tidak adanya perhatian terhadap gizi anak menjadi angka stunting meningkat," ungkap Wakil Bupati Nias Barat Era Era Hia.
Pulau Nias, Kabupaten Nias, Nias Selatan dan Nias Utara merupakan zona merah dengan angka prevalensi di atas 30 persen.
Sementara itu, Nias Barat dan Kota Gunung Sitoli berada di zona kuning dengan prevalensi stunting di bawah 30 persen.
Hasil SSGI pada 2021 mencatat angka prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen.
Pemerintah mematok prevalensi stunting turun tiga persen pada 2022 dan menargetkan angka prevalensi 14 persen di tahun 2024. (sgh/nsi)
Load more