Pengujian dilakukan dengan metode High-Performance Liquid Chromatography (HPLC), sebuah instrumen canggih yang mampu mendeteksi BPA hingga level mikrogram per liter.
Untuk memastikan keakuratan, penelitian ini dilakukan dengan metode triplo, yaitu dengan tiga kali pengujian pada setiap sampel. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada kandungan BPA yang terdeteksi dalam air galon yang diuji, meskipun telah terpapar sinar matahari dalam jangka waktu tertentu.
Kekhawatiran masyarakat bahwa BPA dapat luruh ke dalam air minum akibat paparan panas matahari juga terbantahkan dalam penelitian ini. Prof Juliati menjelaskan bahwa BPA memiliki titik leleh yang sangat tinggi, yaitu 159 derajat Celsius. Sementara itu, suhu tertinggi yang tercatat di Indonesia hanya mencapai 38,5 derajat Celsius.
“Dengan demikian, tidak ada kemungkinan BPA berpindah dari kemasan ke air minum dalam kondisi penyimpanan normal,"
ujarnya.
Dari segi kesehatan, Dr dr Brama Ihsan Sazli, SpPD-KEMD, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan endokrinologi dari Fakultas Kedokteran USU, menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa BPA dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker, diabetes, atau obesitas.
Dr Brama juga menambahkan bahwa tubuh manusia memiliki mekanisme alami untuk mengurai zat kimia yang masuk ke dalam tubuh.
Jika ada BPA yang terserap, hati akan mendetoksifikasi zat tersebut sebelum akhirnya dikeluarkan melalui urin dan feses.
Load more