Hasil Survei: Masyarakat Sumut Masih Pertimbangkan Agama dan Etnis di Pilkada 2024
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) melakukan survei di Sumatera Utara dengan dua simulasi survei yakni simulasi terbuka (top of mind) dan simulasi semi terbuka.
Simulasi top of mind adalah survei yang dilakukan tanpa menyodorkan nama-nama calon gubernur. Sementara, simulasi semi terbuka dilakukan dengan cara menyodorkan 3 nama calon Kepala Daerah Sumatera Utara yang namanya menguat dalam bursa calon Gubernur dan Wakil Gubernur kepada 1.800 responden.
Hasil survei dari LKPI mengenai tingkat pilihan publik terhadap bakal calon gubernur Sumatera Utara berdasarkan simulasi terbuka (top of mind) menempatkan mantan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan pada urutan pertama dengan angka keterpilihan sebanyak 27,2%.
Kemudian mantan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menempati urutan kedua elektabilitas tertinggi sebagai bakal Cagubsu Sumut dengan raihan sebesar 19,7%, kemudian pada urutan ketiga ada Bobby Afif Nasution Wali Kota Medan dengan 17,2%.
Nama lainnya yang disebut responden sebagai cagub Sumut pilihan elektabilitasnya di bawah 5 persen, seperti mantan Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah (Ijeck) dan nama-nama lainnya.
Hasil dari simulasi semi terbuka dengan tiga nama bakal Cagub Sumatera Utara, pilihan responden tetap jatuh pada Nikson Nababan dengan 31,8%, kemudian Edy Rahmayadi sebesar 29,9%, dan Bobby Afif Nasution 24,6%. Kemudian responden yang tidak memilih sebesar 13,7%.
Hasil survei juga mengambarkan pertimbangan responden dalam memilih bakal cagub Sumatera Utara di mana 79,6% responden memilih calon gubernur karena kesamaan agama dengan calon gubernur.
Sedangkan 80,6 persen pilihan didasarkan kesamaan suku dengan calon gubernur. Selain itu LKPI juga menemukan bahwa mayoritas pemilih sebanyak 83,7% responden menginginkan pemimpin yang memiliki karakter jujur, dapat dipercaya, dan anti korupsi. Serta perhatian pada rakyat sebesar 72,8%, berwibawa sebesar 49,7%, berpengalaman di pemerintahan sebesar 41,7%, dan taat pada agama sebesar 26,2%.
Selain itu, responden juga ditanya apakah akan menggunakan hak pilih jika pilkada dilaksanakan. Sebanyak 72,2% responden akan menggunakan hak pilih, 22,6% tidak akan menggunakan hak pilih, dan 5,2% tidak menjawab.
Ketika dilakukan survei lebih mendalam mengenai alasan responden dalam menggunakan hak pilihnya top factor pertama responden adalah karena memang akan mengunakan hak pilihnya sebanyak 49,6%, kemudian faktor kedua responden karena ada bakal calon yang dikenal 34,7%, faktor ketiga adalah mengikuti imbauan pemerintah daerah sebesar 10,6%, dan faktor lain-lain 5,1%.
Load more