Selain ikan bada, nelayan juga berburu ikan nila dengan hasil tangkapan 5 kilogram setiap hari dan harga jual Rp25 ribu per kilogram. Hasil tangkapan tersebut langsung dijemput pedagang pengumpul ke rumahnya setiap hari.
Ia mengakui jumlah nelayan tangkap di Danau Maninjau meningkat setelah kondisi air danau tercemar. Nelayan tangkap tersebut merupakan petani keramba jaring apung yang beralih profesi karena usaha budi daya ikan tidak bisa lagi di danau.
Saat ini, keramba jaring apung yang beroperasi hanya sekitar 40 persen dari 23.359 petak.
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Agam mengajak para petani mengembangkan budi daya ikan air deras dan air tenang guna memenuhi produksi mengingat populasi ikan di Danau Maninjau anjlok.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam, Rosva Deswira, mengatakan kolam aliran air deras itu bisa dikembangkan di sepanjang aliran Sungai Batang Antokan yang merupakan aliran Danau Maninjau.
“Di aliran Sungai Batang Antokan tersebut berpotensi dikembangkan kolam air deras dan saat ini sudah bermunculan di lokasi itu, mulai dari Muko-muko, Kecamatan Tanjungraya sampai Siguhung, Kecamatan Lubukbasung,” kata Rosva.
“Untuk kolam air tenang bisa dikembangkan di lokasi lahan sawah di 16 kecamatan. Ini upaya DKPP Agam untuk mengalihkan ketergantungan petani ikan dari Danau Maninjau ke daratan setelah air danau vulkanik tersebut tercemar,” tutup Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam. (ant/wna)
Load more