Simalungun, tvOnenews.com - Polemik keberadaan Kerambah Jaring Apung ( KJA) di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara masih menuai kontroversi bagi beberapa pihak maupun di masyarakat hingga saat ini.
Idealitas proses kebijakan Zero keramba yang pernah di gaungkan pemerintah yang disebut sebagai sumber pencemaran utama di Danau Toba, lalu menginisiasi sektor pariwisata sebagai penggantinya, menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat pinggiran disekitar Danau Toba yang menggantungkan hidupnya dari budidaya ikan air tawar.
Kebijakan tersebut, akhirnya mengharuskan usaha-usaha Keramba Jaring Apung yang selama ini telah terbukti berdampak khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menekan angka kemiskinan masyarakat setempat, harus minggir pelan-pelan.
Kondisi tersebut kemudian berujung pada pemangkasan dan pengurangan KJA milik warga dengan pemberian kompensasi kepada masyarakat pernah dilakukan di dua rezim di masa pemerintahan Bupati Simalungun sebelumnya, yakni JR Saragih pada tahun 2021, dan berlanjut pada tahun 2022 sillam, di era Radiapoh Hasiholan Sinaga yang saat ini masih menjabat sebagai Bupati Kabupaten Simalungun.
Namun, euforia pariwisata dan euforia anti-pencemaran danau yang pernah gencar digaungkan pada beberapa tahun silam, kini seolah redup saat ini.
Padahal, keberadaan usaha budidaya perikanan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) di Kawasan Danau Toba memberikan dampak yang sangat besar dalam peningkatan perekonomian masyarakat termasuk nelayan tradisional.
Hal ini diungkapkan Binsar Situmorang, Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan, saat berkunjung ke Kota Parapat, Rabu (14/6/2023).
“Usaha budidaya perikanan dengan sistem Keramba Jaring Apung di kawasan Danu Toba ini menjadi salah satu usaha yang menjanjikan sebagai sumber pendapatan masyarakat sekitar Danau Toba,” ujarnya.
Selain itu Binsar Situmorang juga menyampaikan, bahwa Keberadaan usaha budidaya perikanan dengan sistem Keramba Jaring Apung, baik milik masyarakat maupun perusahaan juga mampu untuk mengurangi angka pengangguran karena menyerap tenaga kerja.
"Budidaya perikanan juga merupakan salah satu usaha untuk ketahanan pangan dan sektor budidaya perikanan juga merupakan salah satu sektor yang bisa menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan, ikan juga digemari masyarakat karena memiliki protein yang tinggi,” kata Binsar.
Ia juga menambahkan, keberadaan usaha budidaya perikanan di Kawasan Danau Toba hingga saat ini masih memberikan dampak yang sangat besar dalam peningkatan perekonomian masyarakat khususnya yang tinggal dipesisir perairan Danau Toba.
"Hingga saat ini perekonomian masyarakat yang tinggal dipesisir Danau Toba juga masih tergantung dari hasil budidaya ikan dari perairan Danau Toba untuk memenuhi kebutuhan keluarga," ujar Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan. Dr Ir Binsar Situmorang MSi MAP.
Menurut mantan kepala dinas lingkungan hidup Provinsi Sumatera Utara itu, hingga saat ini, para petani pembudiayaan ikan di kawasan Danau Toba masih sulit dialihkan ke sektor pertanian lainnya karena struktur tanahnya yang berbukit-bukit dan tak layak dijadikan sebagai lokasi untuk menanam komoditi tanaman holikultura
Sementara keberadaan dari perusahaan swasta yang berorientasi ekspor, juga membantu pertumbuhan ekonomi, dimana masyarakat setempat banyak yang bekerja diperusahaan tersebut, mulai dari pembenihan, pembesaran ikan, pengolahan, jasa dan transportasi dan lainya,”sebut Binsar sembari mengajak masyarakat dan perusahaan swasta untuk sama-sama menjaga ekosistem dan lingkungan.
Terpisah, Rudi Pohan Sidabutar salah satu pemilik Keramba Jaring Apung yang juga merupakan Tokoh Masyarakat Dusun III Panahatan Nagori Sibaganding mengatakan, keberadaan usaha budidaya perikanan di Danau Toba dapat mengurangi angka pengangguran dan menjadi mata pencaharian utama masyarakat sekitar.
Selain itu, Keberadaan usaha budidaya perikanan dengan sistem Keramba Jaring Apung juga dapat mengatasi masalah kemiskinan dikarenakan keberadaan usaha budi daya Perikanan juga menyerap tenaga kerja sehingga membantu perekonomian masyarakat dan Nelayan,” ujar Rudi Pohan Sidabutar.
Rudi Pohan Sidabutar juga menerangkan, sejak ditetapkan Kawasan Danau Toba menjadi Daerah Destinasi Pariwisata Super Proritas, hingga saat ini, kami masyarakat Dusun Panahatan Nagori Sibaganding belum pernah merasakannya.
“Hingga hari ini, Kami hidup dan bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta mampu untuk menyekolahkan anak-anak, itu semua dari hasil usaha budidaya perikanan dengan sistem Keramba Jaring Apung dan hasil dari nelayan tangkap,” ucap Rudi Pohan Sidabutar. (dsg/haa)
Load more