Di samping itu, tiap kali banjir Rob datang, ia katakan, orang tua murid banyak memilih anaknya untuk libur sekolah. Sebab, gedung dan fasilitas desa lainnya turut jadi korban, sehingga kegiatan cari nafkah banyak terhambat.
Selain itu, warga setempat, Putra (33) mengungkapkan, pantai ini dahulu jauh ke depan. Semakin hari tiupan angin barat itu mengikis lalu abrasi.
"Jadi hancur ini akses jalan masyarakat. Kalau banjir anak-anak di sini enggak mau sekolah. Menunggu air surut, guru-guru juga begitu. Kalau banjir rob di jalan putus itu bisa sepinggang. Kalau anak-anak bisa tenggelam. Kalau mendesak misalnya sakit maupun kemalangan tunggu surut. Jika mau cepat naik sampan," ungkap Putra.
Bahkan, dia sebutkan yang membuat dirinya khawatir adalah Rob. Karena sering dijadikan anak desa sebagai sarana bermain. Ia akui dirinya was-was akan keselamatan anaknya.
Tak sampai di situ saja, pada tahun 2014 silam, seorang anak tersengat listrik dan meninggal dunia karena kurang waspada saat bermain.
"Yang namanya anak-anak kalau banjir itu kegembiraan untuk dia. Tapi kekhawatiran untuk kita. Meskipun hanya terjadi sebulan sekali saat pasang naik, tetapi Rob di Bandar Rahmat bisa berlangsung berkepanjangan," ucapnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Belawan mencatat pada periode April-Mei 2023, banjir rob setidaknya telah menerjang kawasan pesisir pantai Sumatera Utara lebih dari sekali.
Load more